Bisnis.com, JAKARTA - Pakar Biodiversitas, Barita O. Manullang, mengemukakan jika saat ini masih banyak terdapat asumsi-asumsi yang keliru mengenai orangutan.
Hal itu dikemukakan Barita kepada para wartawan usai mengikuti acara “Indonesian Primates Conservation & Climate Change Symposium” yang digelar Universitas Nasional (Unas) di Gedung Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
“Ada tiga hal yang sering disalahpahami. Pertama, sebaran kemudian jumlah dan terakhir adalah ancaman,” katanya.
Barita juga mengingatkan pentingnya regenerasi para pakar orangutan asal Indonesia. Karena menurutnya, orangutan hanya terdapat di Indonesia. "Selain itu, orangutan juga merupakan satwa langka yang perlu dilindungi,” ujarnya.
Barita mengutarakan jika dengan menunjukkan kepemimpinan dan regenerasi para pakar orangutan Indonesia ke dunia, maka asumsi-asumsi yang keliru mengenai orangutan dapat dihilangkan. "Tentunya dengan dasar-dasar keilmuan yang tepat,” katanya.
Peranan pihak swasta, kata Barita, juga sangat dibutuhkan untuk mewujudkan langkah-langkah konkret dalam konservasi orangutan. "Seperti yang telah dilakukan oleh pihak PLTA Batang Toru membuktikan jika orang utan dan manusia dapat hidup bersama,” katanya.
Kebersamaan itu menurutnya terlihat jelas di lokasi proyek pembangunan yang terletak di Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatra Utara. Barita mengutarakan PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) sebagai kontraktor PLTA Batang Toru menginisiasi pembentukan tim monitoring. Tim yang dikenal sebagai smart patrol bertugas memantau perburuan orangutan yang sebelum proyek dimulai justru marak dilakukan oleh para pemburu liar.
Selain itu, selama proses kontruksi proyek dikerjakan, perseroan juga menjamin kebutuhan pangan orangutan. Penanaman pohon-pohon yang buahnya dapat dikonsumsi untuk memastikan kelangsungan hidup satwa yang dilindungi di Indonesia itu dilakukan secara intensif. "Jadi, pembangunan terus berjalan, kelestarian hidup orangutan juga menjadi prioritas,” ujarnya.
Direktur untuk Kantor Kerjasama Internasional Unas, Jito Sugardjito, menyampaikan jika Unas mendukung agenda pemerintah untuk menerapkan langkah-langkah mitigasi perubahan iklim. Menurut Jito yang juga menjabat sebagai Direktur Pusat Studi Energi Berkelanjutan terhadap Sumber Daya Alam Hayati Unas juga mendukung sepenuhnya perlindungan hewan primata dari dampak negatif perubahan iklim.
“Jadi semua pihak harus segera bekerja sama untuk melakukan mitigasi,” katanya.
Ketua Perhimpunan Ahli dan Pemerhati Primata Indonesia (Perhappi), Didik Prasetyo, juga menggarisbawahi tiga dampak perubahan iklim terhadap orangutan. Pertama. dampak perubahan iklim terhadap kesehatan, kemudian yang kedua adalah nutrisi. "Terakhir atau yang ketiga adalah Dampak perubahan iklim terhadap tumbuh kembang orang utan,” ujarnya.
Perlunya Regenerasi Orangutan di Indonesia
Pakar Biodiversitas, Barita O. Manullang, mengemukakan jika saat ini masih banyak terdapat asumsi-asumsi yang keliru mengenai orangutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Mia Chitra Dinisari
Editor : Mia Chitra Dinisari
Topik
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

31 menit yang lalu
Rekomendasi Terbaru Saham Cimory (CMRY) Menjelang Pembagian Dividen
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru

25 menit yang lalu
Komisi II DPR Beberkan Alasan UU ASN Perlu Direvisi

35 menit yang lalu
Dugaan Korupsi BJB (BJBR), KPK Usut Rekayasa Penunjukan Rekanan Iklan

35 menit yang lalu
Soeharto jadi Pahlawan Nasional, Mensesneg: Kami Lihat Jasanya

1 jam yang lalu
Pesan Simbolis di Balik Kesederhanaan Paus Fransiskus
Terpopuler
# Hot Topic
Rekomendasi Kami
Foto
