Bisnis.com, JAKARTA – Kelompok radikal al Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas ledakan bom di Mogadishu, Somalia yang menewaskan sedikitnya 90 korban. Sebaliknya, Somalia justru mengatakan pemerintah asing yang tidak teridentifikasi membantu merencanakan serangan itu.
Pemboman itu adalah yang paling mematikan selama lebih dari 2 tahun terakhir yang dipicu oleh kekerasan kelompok radikal Islam dan perang klan.
Dalam sebuah pesan audio, al-Shabaab yang bersekutu dengan Al Qaeda mengaku bertanggung jawab atas pemboman di pos pemeriksaan Ex-Control di barat laut Mogadishu.
“Ledakan itu menargetkan konvoi pasukan Turki dan Somalia dan mereka menderita kerugian besar,” kata juru bicara al Shabaab, Ali Mohamud Rage, dalam sebuah pesan yang dikutip dari Reuters, Selasa (31/12/2019).
Ali menuduh Turki mengambil semua sumber daya Somalia dan bersumpah untuk terus menargetkan personel mereka di negara itu.
“Kami akan selalu bertarung. Turki yang bekerja dengan pemerintah Turki yang murtad. Kami tidak menentang yang tidak bersalah Warga Muslim Turki,” katanya.
Dua dari mereka yang tewas adalah warga negara Turki. Sebuah tim kecil insinyur Turki hadir pada saat ledakan, membangun jalan menuju kota.
PERAN ASING
Sementara itu, Badan Intelijen dan Keamanan Nasional (NISA) Somalia yang menuduh peran asing tidak menyebutkan nama negara yang katanya terlibat dalam ledakan itu. “Sebuah negara asing merencanakan pembantaian warga Somalia di Mogadishu pada 28 Desember 2019,” katanya dalam sebuah Tweet.
NISA juga mengatakan akan menggunakan bantuan dari organisasi intelijen asing yang tidak disebutkan namanya dalam penyelidikan.