Bisnis.com, JAKARTA – Aksi protes di Hong Kong siap berlanjut hingga memasuki Tahun Baru 2020 setelah mengguncang liburan Natal yang menyebabkan bentrokan antara demonstran dan polisi anti huru hara.
Dilansir dari Bloomberg, para demonstran dijadwalkan akan menggelar aksi protes lanjutan pada Jumat (27/12/2019) di pusat perbelanjaan New Town Plaza dan selama akhir pekan di Sheung Shui, sebuah daerah dekat perbatasan China.
Aksi protes itu akan berujung pada demonstrasi besar-besaran pada 1 Januari 2020 yang diselenggarakan oleh Front Hak Asasi Manusia Sipil (Civil Human Rights Front).
Organisasi tersebut telah memimpin sejumlah protes damai terbesar sejak demonstrasi menentang cengkeraman pemerintah China atas Hong Kong dimulai pada Juni 2019. Pihak penyelenggara aksi dikabarkan masih menunggu izin kepolisian.
Sebelumnya, pada perayaan Boxing Day (Kamis, 26/12/2019), sehari setelah Hari Raya Natal, pengunjuk rasa pro-demokrasi memenuhi pusat-pusat perbelanjaan.
Menurut Radio Television Hong Kong, puluhan demonstran berpakaian hitam berkeliaran di Sogo department store yang terletak di Causeway Bay dan meneriakkan slogan-slogan.
Baca Juga
Pusat perbelanjaan telah menjadi pusat konfrontasi antara pengunjuk rasa dan polisi selama beberapa hari terakhir. Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstran di dalam sebuah mal di Teluk Kowloon pada Hari Natal, menurut stasiun TV kabel setempat.
Pusat perbelanjaan juga menjadi tempat terjadinya beberapa bentrokan yang terjadi pada malam Natal, yang menyebabkan lebih dari 20 orang terluka.
“Banyak anggota masyarakat dan turis yang datang ke Hong Kong kecewa karena perayaan Natal mereka dirusak oleh sekelompok perusuh yang egois dan egois,” tutur Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam dalam sebuah pernyataan pada Kamis.
“Tindakan ilegal semacam itu tidak hanya meredam suasana pesta tetapi juga memengaruhi bisnis lokal. Pemerintah akan mencoba yang terbaik untuk menegakkan hukum dan ketertiban, serta memulihkan perdamaian di Hong Kong,” tambah Lam.
Kerusuhan yang terjadi selama liburan Natal menambah beban bagi para peritel di Hong Kong atas dampak demonstrasi yang telah berlangsung lebih dari enam bulan terakhir.
Kondisi ini tidak hanya membuat banyak penduduk kota menghindari took-toko tetapi juga melemahkan aliran wisatawan, terutama yang berasal dari China daratan. Data terbaru untuk penjualan ritel di Hong Kong menunjukkan rekor penurunan sebesar 24,3 persen.