Bisnis.com, JAKARTA – Lima belas tahun lalu, pilu merundung Aceh. Bencana tsunami yang menelan korban lebih dari 170.000 jiwa menyebabkan ribuan anak terpisah dari keluarga mereka. Mereka kehilangan pengasuhan, kehidupan, dan bahkan sarana pendidikan juga ikut tersapu dahsyatnya gelombang.
Namun, harapan tidak sirna. Berbagai cara pemulihan dilakukan oleh banyak pihak, agar anak-anak Aceh terus berjuang untuk bangkit dari masa lalu agar dapat menata masa depan yang cerah.
Gregor Hadi Nitihardjo, National Director SOS Children’s Villages Indonesia mengatakan sebagai lembaga non pemerintah, pihaknya fokus membantu anak-anak dan keluarga Aceh agar mereka mendapatkan pengasuhan yang berbasis keluarga.
Menurutnya, SOS Children’s Villages selalu bekerja untuk jangka panjang. Setahun pasca bencana, dua desa anak didirikan di Lamreung - Aceh Besar (Banda Aceh) dan Meulaboh – Aceh Barat yang menjadi rumah bagi 250 anak. Pada 2005 telah terbangun 3 desa untuk mengasuh 450 anak yang kehilangan orangtua.
“Kami juga mendirikan 525 rumah untuk keluarga yang kehilangan tempat tinggal, juga membangun 3 sekolah yang menampung 1000 siswa, hingga lebih dalam lagi membantu masyarakat dan komunitas yang membutuhkan dukungan,” ujarnya.
Setelah 15 tahun tidak sedikit anak-anak pejuang tsunami kini telah meniti masa depan mereka masing-masing dengan penuh harapan dan semangat. Bahkan, salah satu anak SOS Children’s Village Banda Aceh, Monalisa mampu membuktikan dirinya berhasil masuk ke SMA Favorit hingga menjadi perwakilan remaja dalam menyampaikan suara anak-anak Indonesia di kancah internasional.
Saat ini, Monalisa dan remaja lainnya yang sedang menuju #AnakAcehHebat juga berjuang membantu adik-adiknya yang masih mengejar mimpi.