Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Hong Kong Paul Chan memperkirakan bahwa kota tersebut akan mencatat defisit anggaran pertama sejak 2004 di mana ekonomi akan merugi hingga 2% dari output pertumbuhan.
Dalam pertemuan dengan anggota parlemen di dewan legislatif, Chan menyampaikan penyebab defisit untuk tahun fiskal 2019-2020 diperkirakan karena kondisi ekonomi yang buruk, penurunan pendapatan pajak dan pendapatan dari penjualan tanah, serta langkah-langkah stimulus yang diumumkan pada tahun itu.
Tahun fiskal saat ini berakhir pada 31 Maret 2020.
"Ekonomi diperkirakan terkontraksi 1,3% pada 2019 dibandingkan dengan tahun sebelumnya," kata Chan. dikutip melalui Bloomberg, Senin (2/12).
Aksi protes yang berlangsung selama 6 bulan terakhir, diiringi dengan tekanan ekspor dari perang dagang AS-China telah membuat Hong Kong sangat tertekan tahun ini.
Chan mengungkapkan ekonomi Hong Kong saat ini sedang dalam masa yang sulit.
Untuk memulihkan ekonomi, berbagai sektor harus bersatu untuk menghentikan aksi kekerasan sehingga tatanan sosial dapat dipulihkan, warga negara dapat kembali ke kehidupan normal, bisnis dapat melanjutkan operasi normal.
"Dengan ini saya harap ada ruang yang terbuka untuk dialog rasional," katanya.
Bisnis-bisnis Hong Kong yang telah berhasil bertahan selama hampir 6 bulan dari aksi protes, yang terkadang disertai kekerasan, sedang menanti periode Natal dan Tahun Baru Imlek yang akan datang dengan penuh harapan dan kegelisahan.
Chan mengatakan bahwa akan ada penurunan penjualan yang sangat besar pada Oktober.
Data ritel yang akan dirilis hari ini diperkirakan menunjukkan penurunan penjualan hampir sebesar 23% pada Oktober di tengah anjloknya jumlah wisatawan dari daratan China.
Kedatangan dari China anjlok 45,9% dari tahun sebelumnya, yang merupakan penurunan terbesar dalam catatan.
Ke depan kondisinya akan lebih sulit.
Iris Pang, ekonom ING Bank NV Hong Kong, melihat peluang 70% dari gelombang penutupan toko di kalangan pengecer jika pengeluaran konsumen terus melemah.
Situasi ini sangat mengerikan khususnya bagi perusahaan katering, yang biasanya menikmati bisnis yang tumbuh cepat di musim liburan meskipun menghadapi risiko pembatalan selama kerusuhan berlangsung.
"Sebagian besar bisnis katering di Hong Kong bertahan hanya karena perjanjian sewa mereka belum jatuh tempo. Akan sangat mungkin jika pemilik bisnis katering akan menutup usahanya jika pendapatan tidak mencapai target pada musim liburan kali ini," ujar Iris.
Hong Kong secara tradisional juga dikenal sebagai salah satu pusat penjualan jam tangan mewah terbesar di dunia, tetapi tahun ini penjualan bergerak lamban.
Ekspor arloji buatan Swiss ke daratan China melampaui pengiriman ke Hong Kong untuk pertama kalinya pada Oktober.
"Jika situasinya berlanjut, pada akhir tahun ini banyak perusahaan arloji harus menutup bisnisnya," kata Alain Lam, Direktur Keuangan Oriental Watch Holdings Ltd.
Pada akhir tahun, pemasok akan meminta pembayaran dan karyawan akan menuntut bonus satu bulan yang dapat memotong arus kas beberapa perusahaan.
Oriental Watch Holdings telah berhasil menegosiasikan diskon 8% hingga 10% sewa toko dari beberapa tuan tanah dan akan berusaha untuk mengatur penawaran yang lebih baik ketika sewa jatuh tempo.
Akan tetapi tidak ada jaminan perusahaan akan mempertahankan kehadirannya yang signifikan di Hong Kong, karena ada bisnis yang lebih sehat di tempat lain.
"Jika angkanya tidak memuaskan, kami akan menutup toko. Kami mengalihkan fokus strategis kami ke daratan China, secara agresif," kata Lam.