Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia berkomitmen untuk mengubah 'perdamaian yang panas' atau hot peace menjadi perdamaian produktif di tengah kekhawatiran akan tren penurunan ekonomi dunia.
Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi mengatakan dunia bisa mendinginkan situasi global yang panas ini. Dia melihat 'perdamaian panas' ditandai sebagai kekhawatiran yang besar akan situasi dunia secara politis dan ekonomi. Persaingan geopolitik dan geoekonomi terus meruncing. Terdapat pula kekhawatiran akan tren penurunan ekonomi dunia.
“Bagai kekompakan pada tarian bersama atau line dance, diperlukan upaya bersama untuk mendinginkan perdamaian yang panas ini," ujarnya dalam pidatonya pada acara Conference on Foreign Policy of Indonesia seperti dikutip dalam siaran pers, Minggu (1/12/2019).
Mengutip Managing Director IMF Kristalina Georgieva, Retno mengatakan Asean masih menjadi titik terang atau bright spot di tengah penurunan ekonomi dunia.
Negara-negara Asean menyumbang 10 persen terhadap pertumbuhan global. Walaupun pertumbuhan ekonomi dunia melambat, pada 2018 laju produk domestik bruto kawasan itu rata-rata masih 5,1 persen.
Menurut dia, Asean merepresentasikan peluang dan stabilitas kawasan. Mekanisme yang dipimpin Asean, seperti Asean+1, Asean+3, dan EAS, telah mendorong dialog dan kesalingbergantungan ekonomi.
Pemimpin Asean telah mengadopsi Asean Outlook on the Indo-Pacific sebagai upaya untuk memajukan dialog dan keterbukaan serta untuk meningkatkan kerja sama praktis.
Retno berujar menciptakan integrasi ekonomi juga berarti menciptakan platform yang efektif untuk mendinginkan situasi dunia yang panas. “Indonesia berharap tahun depan RCEP [Regional Comprehensive Economic Partnership], integrasi ekonomi terbesar di dunia, dapat ditandatangani," katanya.
Indonesia, lanjut dia, akan terus mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi, kemajuan, dan perlindungan terhadap HAM serta rules-based order dan memupuk nilai-nilai keberagaman toleransi dan perdamaian.