Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Obituary: Selamat Jalan, Pak Ciputra...

Ir Ciputra dikenal lama sebagai Begawan Properti Indonesia, dengan julukan lain sebagai Sang Pelopor. Pak Ci juga dijuluki sebagai Guru Entrepreneur, yang tak kenal lelah menebarkan virus entrepreneurship. Beliau juga dikenal sebagai tokoh filantropis, yang menopang dunia seni, olahraga dan pendidikan.
Jenazah almarhum Ciputra disemayamkan di Ciputra Artpreneur Jakarta Selatan. Jenazah akan dimakamkan pada 5 Desember 2019 di pemakaman keluarga di kawasan Jonggol JIBI/Bisnis/Nurul Hidayat
Jenazah almarhum Ciputra disemayamkan di Ciputra Artpreneur Jakarta Selatan. Jenazah akan dimakamkan pada 5 Desember 2019 di pemakaman keluarga di kawasan Jonggol JIBI/Bisnis/Nurul Hidayat

Rabu pagi, saya dapat kabar bahwa Pak Ciputra meninggal dunia. Founder dan Chairman Ciputra Group itu berpulang pada Rabu (27/11), pukul 01.05 waktu Singapura, setelah dalam perawatan karena sakit. Kabar itu tentu mengagetkan.

"Terima kasih banyak Pak Arif. Mohon maaf atas kesalahan dari ayah saya." Begitu kalimat pendek yang ditulis Rina Ciputra Sastrawinata, putri sulung mendiang Ir Ciputra, menjawab ucapan belasungkawa melalui aplikasi pesan yang saya sampaikan.

Jenazah mendiang Ciputra tadi malam tiba di Tanah Air, dan langsung disemayamkan di Ciputra Artpreneur Center, Mega Kuningan. Menurut keterangan keluarga, jenazah akan dimakamkan pada Kamis (5/12) mendatang.

“Kami sangat kehilangan sosok ayah, kakek, dan pimpinan yang menjadi suri teladan bagi keluarga dan keluarga besar dari Grup Ciputra,” kata Rina Ciputra dalam keterangan resmi yang dirilis kemudian.

Tentu saja tak hanya keluarga, banyak pihak merasa begitu kehilangan.

Saya mengenang Pak Ci, begitu banyak orang biasa menyapa Ir Ciputra, bukan semata-mata sebagai pengusaha yang sukses.

Pak Ci dikenal lama sebagai Begawan Properti Indonesia, dengan julukan lain sebagai Sang Pelopor. Pak Ci juga dijuluki sebagai Guru Entrepreneur, yang tak kenal lelah menebarkan virus entrepreneurship. Beliau juga dikenal sebagai tokoh filantropis, yang menopang dunia seni, olahraga dan pendidikan.

Tak cuma itu, Pak Ci yang menjadi penggemar dan kolektor lukisan Hendra Gunawan itu juga selalu menggabungkan cita rasa seni dalam setiap karyanya.

Arsitek lulusan ITB pada tahun 1960 itu menjadi maestro pengembang yang selalu menggabungkan citarasa seni ke dalam aneka proyeknya, hingga pada akhirnya membangun proyek fenomenal Ciputra Artpreneur Center di kompleks superblok Ciputra World, Mega Kuningan, Jakarta.

Kepiawaian Ciputra telah teruji di sektor properti, bahkan tahan banting saat krisis ekonomi tahun 1997/1998 silam. Pak Ci berhasil merintis dan membesarkan tiga grup korporasi, yakni Grup Jaya, Grup Metropolitan, dan Grup Ciputra.

Sejarah perjalanan bisnis Pak Ci sangat panjang untuk dikenang. Memulai dari Proyek Pasar Senen lalu Taman Impian Jaya Ancol, Ciputra menjadi pelopor bisnis properti di Indonesia.

Memulai dengan PT Pembangunan Jaya yang mengembangkan  kota Satelit Bintaro, Pak Ci kemudian membentuk Metropolitan Grup bersama para koleganya, lalu berkolaborasi dengan Grup Salim membangun kawasan Pondok Indah. Setelah itu, Pak Ci bersama koleganya berkolaborasi dengan grup bisnis Sinar Mas membangun kota satelit Bumi Serpong Damai.

Pada tahun 1980-an, Pak Ci lalu mendirikan Ciputra Group, dengan proyek pertama kawasan perumahan di Jakarta dan Tangerang.

Pada tahun 1998 saat berkecamuk krisis ekonomi, Grup Ciputra mengalami pukulan berat. Namun, berkat keyakinan, integritas dan reputasinya sebagai entrepreneur sejati, bisnis Ciputra kembali bangkit beberapa tahun kemudian.

Yang pasti, hingga hari ini, bisnis Ciputra telah begitu meluas, tidak hanya berkaitan dengan properti, tetapi juga ke berbagai sektor.

Grup Ciputra kini mengelola 13 bidang usaha, mulai dari pengembang perumahan, perkantoran, pusat perbelanjaan, hotel, apartemen, fasilitas rekreasi, pendidikan, kesehatan, agrikultur, telekomunikasi, pusat kesenian, perkebunan, media, telekomunikasi dan informasi digital.  

Grup Ciputra juga telah mengembangkan lebih dari 130 proyek yang tersebar di 44 kota di Indonesia. Pak Ci bukan cuma jago kandang, karena sukses pula membangun beberapa proyek di luar negeri seperti di Shenyang (China), Jiaxing (China), Hanoi (Vietnam), Kolkata (India) dan Phnom Penh (Kamboja).

***

Saya mendengar kabar pertama kali ihwal kepergian Pak Ci dari Lulu Terianto, Presiden Direktur PT Jurnalindo Aksara Grafika, penerbit harian Bisnis Indonesia.

Pak Ci adalah salah satu pemegang saham Bisnis Indonesia, di mana kami kerap kali mendapatkan wejangan beliau tentang seluk beluk pengelolaan bisnis. Tentang inovasi. Juga ihwal kewirausahaan. 

Yang paling kami ingat adalah soal 'mengubah sampah dan rongsokan menjadi emas," sebuah jargon entrepreneurship yang menjadi trademark Pak Ciputra. Jargon itu kemudian 'diabadikan' dalam terminologi 'The Ciputra Way'.

Hingga beberapa tahun terakhir, Pak Ci masih tetap rajin menghadiri rapat resmi perusahaan, termasuk di Bisnis Indonesia. Bahkan dalam kondisi fisik yang tak lagi prima.

Terakhir, kami masih berkesempatan mendapatkan wejangan pada pertengahan tahun 2018, saat rapat umum pemegang saham. Banyak kisah inspiratif yang beliau sampaikan. Masih dengan sepenuh ketajaman sebagai seorang pengusaha sukses.

Bahkan Pak Ci tidak hanya bicara bisnis konvensional, melainkan juga bisnis yang kini mendisrupsi banyak hal, yakni bisnis digital. Juga soal bagaimana bisnis media harus tetap relevan supaya tidak ketinggalan jaman.

Secara tegas Pak Ci juga berpesan: Bisnis Indonesia jangan bikin televisi terestrial. "Saya sekarang hanya lihat Youtube," begitu katanya memberikan gambaran tentang perubahan perilaku penonton. Apalagi kaum milenial.

Di kediaman Pak Ci, memang terpampang beberapa televisi  berlayar lebar. Beliau tidak melihat acara televisi, tetapi melihat kanal-kanal berita online, dan kanal-kanal Youtube.

Di mata Pak Ci, bisnis saat ini sudah jauh berbeda, termasuk bisnis media. Hari ini, siapa yang bisa menjadi trendsetter, bukan hanya akan survive tetapi akan meraih laba. "Kalau tidak menarik perhatian, akan ditinggalkan pembaca," begitu kira-kira.

Sebagai pengusaha yang sukses membangun bisnisnya dengan jalan terjal dan merintis dari bawah, Pak Ci juga menaruh perhatian yang kuat terhadap kesenjangan sosial kaya dan miskin.

Menurut Pak Ci, ada setidaknya dua cara untuk mengatasi kesenjangan di Indonesia. Melatih para buruh agar produktivitasnya tinggi, dan pelatihan entrepreneurship dalam skala yang massive. Maka itu ia mendirikan Ciputra Entrepreneur Center, dan Universitas Ciputra.

Sekadar ilustrasi, Pak Ci memahami aspirasi para buruh meminta kenaikan gaji saban tahun. Namun kenaikan gaji hanya bisa dipenuhi kalau produktivitas meningkat. Hal itu hanya bisa dilakukan jika para buruh dibekali pelatihan yang cukup.

TKI di Taiwan dan Korea, yang memiliki keahlian memadai, penghasilannya empat kali lipat lebih besar dibandingkan di Indonesia karena mereka dilatih terlebih dahulu, sehingga memiliki  produktivitas berkali lipat.

Mestinya di Indonesia juga seperti itu. Kalau buruh di Indonesia bisa naik penghasilannya hingga 4 kali lebih besar, maka kesenjangan akan bisa diatasi. Itu dasar pemikirannya.

Untuk para TKI di negara lain yang pada umumnya adalah asisten rumah tangga, Pak Ci juga memberikan perhatian lebih. Mereka perlu dibekali dengan pelatihan entrepreneurship. Beberapa kali Ciputra Entrepreneur Center mengadakan pelatihan kepada para TKI di Hong Kong dan negara lain.

Menurut Pak Ci, pelatihan entrepreneurship penting, untuk bekal hidup kelak. Entrepreneur, bagi Pak Ci, adalah ilmu kehidupan. Untuk menjadi entrepreneur alias wirausahawan tak perlu punya bakat seperti penyanyi. "Hanya perlu latihan. Kalau banyak entrepreneur akan mengangkat pribumi menjadi lebih sejahtera," begitu selalu pesannya di berbagai kesempatan.

Pak Ci juga begitu yakin, kemajuan pribumi bisa dibangun lewat pendidikan dan entrepreneurship. Pak Ci sendiri memiliki tujuh  orang asisten rumah tangga di rumahnya, di mana 13 anak mereka disekolahkan dan semuanya menjadi sarjana.

Visi entrepreneurship  ini juga selalu diharapkannya berkembang di pemerintahan. Dalam sebuah kesempatan ngobrol di kediaman asrinya di Pondok Indah yang mirip galeri karena dipenuhi aneka lukisan, Pak Ciputra bahkan sempat "ngrasani" Pak Jokowi soal inovasi dan kreativitasnya yang sering di luar kebiasaan. Pak Ci, bahkan menyebutkan Pak Jokowi sebagai presiden entrepreneur.

Pasalnya, Pak Ci melihat Presiden Jokowi telah membuat inovasi dan kreasi baru di banyak bidang, termasuk soal kebut-kebutan di infrastruktur dan pendekatan 'Indonesia Centris', bukan cuma 'Jawa Sentris'.

Namun, satu hal yang barangkali belum kesampaian. Sampai berpulang, Pak Ci belum sempat menyaksikan pendidikan entrepreneurship menjadi program pemerintah yang berkelanjutan, agar negara ini maju dan terbebas dari kesenjangan. 

***

Pak Ciputra yang bernama asli Tjie Tjin Hoan telah wafat dalam usia 88 tahun. Mendiang meninggalkan istri (Dian Sumeler), 4 anak (Rina Ciputra Sastrawinata, Junita Ciputra, Cakra Ciputra dan Candra Ciputra), 4 menantu, 10 cucu, dan 7 cicit.

Pengusaha kelahiran Parigi, 24 Agustus 1931, itu adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara, yang terlahir dari keluarga sederhana. Ciputra kecil mulai berjuang hidup mandiri sejak usia 12 tahun, setelah sang ayah ditangkap oleh tentara penjajah.

Semasa hidupnya, Pak Ci dikenal sebagai sosok pekerja keras, sederhana dan sangat entrepreneur. Kepada keluarganya, Pak Ci selalu berpesan untuk mengutamakan kejujuran dan integritas. Prinsip itu diterapkan dalam menjalankan bisnis Grup Ciputra, yakni berdasarkan tiga pilar filosofi yaitu Integritas, Profesionalisme dan Entrepreneurship.

Dengan sederet karya, yang terdiri dari 81 proyek residensial skala besar, 30 tower apartemen, 16 sekolah, 4 universitas, 14 hotel, 13 mal, 12 perkantoran, 7 rumah sakit, 3 theme park, 3 vila, 2 pasar modern, dan 5 pergudangan, Pak Ci selalu  menyemangati para penerusnya untuk terus mewujudkan mimpi, mencapai yang lebih baik lagi.

Pak Ci selalu menyebarkan semangatnya bahwa “My biggest project is my next project”. Harapannya adalah memberikan peninggalan karya dan jejak prestasi yang baik untuk diteruskan oleh generasi mendatang.

Karena jasa-jasanya, semasa hidupnya Pak Ciputra telah menerima lebih dari 80 penghargaan dari berbagai institusi nasional dan internasional.

Pengusaha yang mendapatkan berbagai tanda penghargaan dari Presiden Republik Indonesia --antara lain Tanda Kehormatan Satyalencana dalam bidang Pembangunan, Tanda Kehormatan Satyalencana Kebaktian Sosial, dan Tanda Kehormatan Satyalencana Pembangunan dalam Pengembangan KUD dan Pengusaha Kecil-- itu kini telah tiada.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan sekaligus doa kepada beliau dan keluarga,” begitu pesan dari CEO Grup Ciputra, Candra Ciputra.

Semoga legacy-nya bertumbuh kembang, melahirkan kian banyak entrepreneur baru sekelasnya di Indonesia.

Selamat jalan Pak Ci. Requiescat in pace. (*)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper