Bisnis.com, JAKARTA – Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Henry Kissinger memperingatkan bahwa konflik antara AS dan China bisa menjadi lebih buruk daripada Perang Dunia I jika dibiarkan tak terkendali.
Oleh karena itu, menurutnya sangat penting jika periode ketegangan antara kedua negara diikuti oleh upaya eksplisit untuk memahami penyebab politik dan komitmen kedua belah pihak untuk mencoba mengatasinya.
“Masih jauh dari kata terlambat untuk itu, karena kita masih di dasar perang dingin,” ujar Kissinger dalam suatu forum ekonomi, dilansir dari Bloomberg (Kamis, 21/11/2019).
Dalam pandangannya, AS dan China adalah negara-negara dengan kekuatan yang melebihi Uni Soviet dan Amerika.
“[AS dan China] yang terkunci dalam perang dagang berlarut-larut, terikat untuk saling terlibat dalam tujuan masing-masing di seluruh dunia, yang artinya sadar akan tujuan satu sama lain,” lanjut Kissinger.
“Jadi, diskusi tentang tujuan bersama kami dan upaya untuk membatasi dampak konflik bagi saya tampak penting. Jika konflik dibiarkan berjalan tanpa batas, hasilnya bisa lebih buruk daripada di Eropa. Perang Dunia 1 pecah karena krisis yang relatif kecil tidak dapat dikuasai,” paparnya.
Pemenang Nobel Perdamaian yang kini berusia 96 tahun itu mengatakan berharap negosiasi perdagangan akan menjadi awal dari diskusi-diskusi politik antara kedua negara.
"Semua orang tahu bahwa negosiasi perdagangan, yang saya harap akan berhasil dan yang keberhasilannya saya dukung, hanya bisa menjadi awal kecil untuk diskusi politik yang saya harap akan terjadi,” jelasnya.
Pemerintah AS dan China saat ini tengah berupaya untuk menyusun perjanjian perdagangan parsial di tengah ketegangan yang meluas, mulai dari kekhawatiran hak asasi manusia atas protes pro-demokrasi di Hong Kong, penahanan umat Islam di wilayah Xinjiang China, hingga persaingan strategis di Laut China Selatan.
Kissinger lebih lanjut melihat adanya kemungkinan solusi untuk kerusuhan di Hong Kong dan berharap isu ini akan diselesaikan melalui negosiasi.