Bisnis.com, JAKARTA - Hari ini Presiden Joko Widodo mengumumkan 7 staf khusus dari kalangan millenials. Salah satu stafsus berusia muda itu adalah Adamas Belva Syah Devara.
Di kalangan awam, nama Adamas Belva bisa jadi kalah terkenal dari Ruangguru, perusahaan startup bidang pendidikan dan teknologi yang dipimpinnya.
Dikutip dari Wikipeda, Adamas Belva yang lahir di Jakarta, 30 Mei 1990, adalah pengusaha, tokoh muda, dan aktivis sosial dengar prestasi cemerlang.
Belva Devara adalah alumnus Harvard University dan Stanford University. Tahun 2017, ia terpilih sebagai salah satu dari 30 pengusaha muda paling berpengaruh di Asia versi Forbes Magazine.
Walau tidak berasal dari keluarga berada, orang tua Adamas Belva yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil, selalu berusaha memberikan pendidikan terbaik sejak kecil.
Dari orang tuanya Adamas Belva mendapat nilai-nilai tentang pentingnya pendidikan.
Belva menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Islam Al Azhar 8, dan pendidikan menengah atas di SMA Presiden, sebuah sekolah semi-militer bertaraf internasional.
Belva dikenal sebagai siswa yang cemerlang, dengan kecerdasan di atas tingkat rata-rata teman seusianya. Selama SMA, ia selalu meraih peringkat satu dan menjuarai berbagai kompetisi olimpiade ilmiah, pidato, dan debat berbahasa inggris.
"Prestasi itu membuat Belva tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk biaya pendidikan selama SMA. Ia pun dikenal aktif berorganisasi, terpilih untuk menjabat sebagai Ketua OSIS di SMA Presiden," demikian dikutip Wikipedia.
Adamas Belva Syah Devara lulus dari Universitas Harvard, 2016. Setahun kemudian, pada 2007, Belva terpilih sebagai salah satu dari delapan siswa Indonesia yang mendapat beasiswa penuh dari pemerintah Singapura untuk melanjutkan studi ke Nanyang Technological University, Singapura.
Belva menjadi orang Indonesia pertama yang diterima di program gelar ganda pada program studi Ilmu komputer dan Bisnis di Nanyang Technological University.
Selama kuliah, Belva mendapatkan banyak prestasi akademis dan berhasil masuk pada Double Dean's List sebagai salah satu dari 5 persen mahasiswa dengan prestasi tertinggi, dalam program studi Ilmu komputer maupun Bisnis.
Tahun 2009, bos Ruang Guru ini terpilih oleh universitas untuk ikut serta dalam program pertukaran pelajar ke University of Manchester, Manchester, Inggris.
Tahun 2011, Belva berhasil meraih tiga medali emas prestisius dari Nanyang Technological University, Lee Kuan Yew Gold Medal, (penghargaan tertinggi bagi mahasiswa di universitas), Infocomm Development Authority of Singapore Gold Medal (penghargaan bagi peraih nilai akademis tertinggi di program studi Ilmu komputer), dan Accenture Gold Medal (penghargaan bagi peraih nilai akademis tertinggi di program studi Bisnis).
Atas prestasinya, sambil kuliah, Belva mendapatkan kesempatan bekerja di perusahaan Goldman Sachs dan Accenture.
Selain prestasi akademis, Belva juga aktif dalam kegiatan organisasi. Ia dipercaya untuk menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Perhimpunan Pelajar Indonesia Singapura dan dinobatkan menjadi Young Leader for Indonesia 2011 oleh McKinsey & Company.[11][12]
Tahun 2013, ia melanjutkan pendidikan pascasarjana dan menjadi orang Indonesia pertama yang diterima di program gelar ganda di Harvard University, Cambridge, Massachusetts dan Stanford University, Palo Alto, California sekaligus.
Di Harvard University Belva mengambil jurusan Master of Public Administration (Kebijakan Publik), sedangkan di Stanford University, ia mengambil jurusan Master of Business Administration (Bisnis Manajemen).
Prestasi akademis mengantar Belva juga mendapatkan kesempatan terdaftar sebagai mahasiswa tamu di Massachusetts Institute of Technology. Belva juga tercatat terdaftar silang (cross-registered) sebagai mahasiswa di fakultas lain di Universitas Harvard, termasuk Harvard Law School, Harvard Medical School, dan Harvard Graduate School of Education.
Ia juga aktif menjadi peneliti (Fellow) di Harvard Ash Center for Democratic Governance and Innovation.
Untuk program pascasarjana di Amerika Serikat, Belva mendapatkan beasiswa penuh dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, yang dikelola Kementerian Keuangan.
Usai studi sarjana di Singapura, Belva memutuskan kembali ke Indonesia dan menolak banyak tawaran pekerjaan dengan gaji yang tinggi di Singapura. Di Jakarta, ia memutuskan untuk bekerja di Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan di bawah kepemimpinan Kuntoro Mangkusubroto. DIa juga tercatat pernah menjadi konsultan manajemen di McKinsey & Company.
Peraih penghargaan Client First Award 2012 ini mendirikan Ruangguru pada 2014. Startup teknologi dengan misi sosial pendidikan itu didirikan bersama sahabatnya, Muhammad Iman Usman.
Lulus dari program gelar ganda di Amerika Serikat, pada 2016, Belva memutuskan untuk fokus dalam perbaikan pendidikan di Indonesia, dan kembali ke tanah air menjabat sebagai Direktur Utama di Ruangguru.
Di bawah kepemimpinan Belva, dalam setahun, Ruangguru berkembang pesat lima kali lipat dan menjadi perusahaan teknologi pendidikan terbesar di Indonesia, menjangkau lebih dari 10 juta siswa dan 150.000 guru.
Pada November 2017 Belva diundang Presiden Joko Widodo menghadiri rapat kabinet terbatas di Istana Bogor yang dihadiri 19 menteri, mulai dari Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, Menteri Tenaga Kerja, hingga Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Belva diundang untuk memberikan pandangan-pandangannya soal apa yang diperlukan dalam menghadapi perubahan-perubahan teknologi yang sangat cepat di dunia pendidikan.