Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CEO Daimler Hadapi Tekanan dari Investor di Tengah Pergeseran Industri

Chief Executive Officer baru Daimler AG, Ola Kallenius, berada di bawah tekanan untuk memetakan strategi pemulihan laba, di tengah persiapan peralihan menuju kendaraan listrik.
Produksi A-Class Saloon di pabrik Mercedes-Benz di Rastatt. /foto Daimler
Produksi A-Class Saloon di pabrik Mercedes-Benz di Rastatt. /foto Daimler

Bisnis.com, JAKARTA – Chief Executive Officer baru Daimler AG, Ola Kallenius, berada di bawah tekanan untuk memetakan strategi pemulihan laba, di tengah persiapan peralihan menuju kendaraan listrik.

Setelah mengambil alih posisi CEO pada bulan Mei, Kallenius perlu mengatur nada yang tepat setelah dua penurunan proyeksi laba awal tahun ini yang menghidupkan kembali kekhawatiran atas strategi bisnis produsen mobil mewah Mercedes-Benz tersebut.

“Daimler harus segera beralih dari filosofi investasi ‘jor-joran lalu berdoa’ menuju alokasi dana yang lebih terfokus dan dipertajam secara material,” ungkap Arndt Ellinghorst, analis Evercore ISI, seperti dikutip Bloomberg.

"Jika tidak, grup ini tidak akan dapat mendanai sendiri aspirasi mobilitas premiumnya," lanjutnya.

Kallenius, yang menggantikan Dieter Zetsche, sejauh hanya memberkan sedikit penjelasan mengenai bagaimana ikon industri Jerman ini berencana untuk menavigasi pergeseran industri yang belum pernah terjadi sebelumnya menuju kendaraan listrik otonom.

Meskipun penjualan Mercedes mulai membaik, kinerja perusahaan masih jauh di bawah pesaing utamanya, PSA Group dari Prancis.

Laba unit kendaraan komersial Daimler, termasuk truk Mercedes-Benz di Eropa, Freightliner di Amerika Utara dan Fuso di Asia, juga telah membuntuti saingannya Volvo AB selama bertahun-tahun.

Meskipun kinerja kuartal ketiga membaik, analis Bloomberg Intelligence Michael Dean mengatakan bahwa Kaellenius masih menghadapi banyak hambatan.

Transisi ke kendaraan listrik, bersama dengan warisan masalah lini mesin diesel, telah membuat prospek margin Mercedes turun ke kisaran 3 persen hingga 5 persen pada tahun 2019.

Dengan turunnya permintaan mobil global, Daimler tidak punya banyak pilihan selain memangkas biaya untuk mengembalikan laba Mercedes ke kisaran jangka panjang 8 – 10 persen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper