Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah korban tewas selama demonstrasi di Irak melonjak hingga lebih dari 300 orang dan pasukan keamanan dituduh "tanpa henti" menembaki para pengunjuk rasa.
Enam orang lagi terbunuh di ibukota Baghdad kemarin dan puluhan lainnya terluka dalam bentrokan seperti dikutip Aljazeera.com, Senin (11/11/2019).
Kepala komisi hak asasi manusia parlemen Irak mengatakan kepada Al Jazeera bahwa 319 orang telah tewas sejak 1 Oktober dan lebih dari 15.000 orang terluka. Sebagian besar korban adalah demonstran anti-pemerintah, tetapi petugas keamanan juga tewas dalam kekerasan itu.
Pasukan keamanan Irak di Baghdad menembakkan gas air mata ke arah demonstran dan mendirikan blokade beton dalam upaya untuk memblokir gerakan mereka.
Anggota keamanan juga menggunakan peluru tajam, peluru berlapis karet, dan gas air mata untuk memadamkan demonstrasi besar-besaran di Baghdad dan beberapa kota bagian selatan.
Pekerja medis Irak tidak luput dari serangan anggota keamanan selain para pengunjuk rasa.
Baca Juga
"Mereka menargetkan kami untuk mencegah perawatan terhadap yang korban yang terluka," kata dokter Mustafa Fawzi kepada Al Jazeera.
"Dua hari lalu ketika di sebuah jembatan mereka mengejar kami. Kami bersembunyi di sisi jalan dan mereka menembaki kami dari Humvee. Dari siapa mereka dan dari siapa mereka mendapatkan pesanan, kami tidak tahu,” katanya.
Sebuah sumber medis mengatakan sekitar 30 orang terluka di daerah al-Khulani kemarin, sementara seorang sukarelawan medis Azhar Qassem mengatakan para dokter akan tetap ditempatkan di Lapangan Tahrir untuk merawat setiap orang yang terluka.
"Kami tidak akan mundur," ujar sumber itu.
Juru bicara militer Abdul Kareem Khalef membantah bahwa orang-orang bersenjata itu adalah bagian dari pasukan keamanan yang sah.
"Mereka bukan polisi anti huru hara, mereka bukan bagian dari pasukan kami. Mereka warga sipil, atau milisi, kami tidak tahu. Kami sudah memulai penyelidikan untuk melacak mereka," ujarnya.
Khalef menambahkan orang-orang yang disebutnya "penyusup" ini juga menyerang pasukan keamanan.
"Pihak berwenang Irak harus segera memerintahkan diakhirinya penggunaan kekuatan mematikan yang melanggar hukum dan tidak sah ini," tambahnya.