Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri akhirnya menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada Presiden Michel Aoun, sehingga memuaskan salah satu tuntutan utama gerakan protes negara itu.
Pengumuman itu disampaikannya setelah 13 hari aksi protes massa yang menuntut pengunduran diri seluruh elite politik negara itu.
Masyarakat kecewa dengan meningkatnya perilaku korupsi, layanan publik yang buruk dan bertahun-tahun salah urus ekonomi.
Para pengunjuk rasa merayakan pengunduran diri Perdana Menteri Saad al-Hariri di Sidon, Lebanon 29 Oktober 2019./Reuters
"Kami telah mencapai jalan buntu dan kami perlu kejutan untuk berani melalui krisis," kata Hariri dalam pernyataan yang disiarkan televisi dari Ibu Kota, Beirut seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (30/10/2019).
Dia mengatakan menuju ke Istana Presiden untuk mengajukan pengunduran diri sebagai tanggapan atas keinginan dan permintaan ribuan orang Lebanon yang menuntut perubahan.
Pidatonya disampaikan setelah sekelompok orang yang setia pada gerakan Amal Hizbullah Syiah menyerang dan menghancurkan kamp pemrotes yang didirikan oleh demonstran anti-pemerintah di Beirut.
Para pengunjuk rasa merayakan pengunduran diri Perdana Menteri Saad al-Hariri di Sidon, Lebanon 29 Oktober 2019./Reuters
Setelah Aoun menerima pengunduran diri Hariri dia bisa memulai konsultasi untuk membentuk pemerintahan baru, atau dia juga bisa meminta Hariri untuk mempertimbangkannya kembali. Butuh sembilan bulan untuk membentuk kabinet koalisi Hariri yang mulai menjabat pada Januari.
Krisis dua minggu telah melumpuhkan Lebanon, menutup bank, sekolah, dan beberapa bisnis. Akan tetapi bank sentral telah menyediakan likuiditas yang diperlukan untuk membayar gaji pekerja sektor publik, termasuk anggota pasukan keamanan.