Bisnis.com, JAKARTA – Aksi protes selama berbulan-bulan, ekonomi yang memburuk, dan jatuhnya harga properti dinilai dapat merugikan bank-bank di Hong Kong sekaligus mengancam untuk mengakhiri status kota ini sebagai 'safe haven' bagi tabungan.
Sebuah stress test yang dilakukan oleh JPMorgan Chase & Co. memproyeksikan bahwa pemberi pinjaman di Hong Kong termasuk Hang Seng Bank Co. dan Bank of East Asia Ltd. dapat mengalami penurunan laba.
Laba pemberi pinjaman lokal diproyeksikan merosot 24 persen hingga 45 persen pada 2020 dan anjlok 39 persen hingga 67 persen pada tahun 2021.
"Kerusuhan sosial di Hong Kong telah berlangsung selama lebih dari empat bulan dan tidak menunjukkan tanda-tanda moderasi," tulis analis JPMorgan yang dipimpin oleh Jemmy Huang dalam suatu riset kepada klien, seperti dilansir dari Bloomberg (Selasa, 29/10/2019).
Mereka menurunkan peringkat Hang Seng Bank menjadi 'underweight' dari 'neutral' serta mengatakan mengambil pandangan secara "hati-hati" dari para pemberi pinjaman di kota itu.
Pemerintah Hong Kong memang telah memberikan dukungan kebijakan termasuk meningkatkan pinjaman untuk usaha kecil dan memotong buffer modal bank guna memitigasi penurunan ekonomi.
“Namun sejarah menunjukkan reli berkelanjutan tidak akan terjadi sampai masalah mendasar diselesaikan,” tutur Huang. “Bank-bank Hong Kong mungkin tidak akan mengungguli kinerja indeks acuan Hang Seng dalam enam hingga 12 bulan ke depan.”
Dalam sebuah unggahan pada Minggu (27/10/2019), Menteri Keuangan Hong Kong Paul Chan menuliskan bahwa Hong Kong dapat melaporkan pertumbuhan negatif tahun ini di tengah goyangnya perekonomian akibat kerusuhan sosial.
Pernah berlaku sebagai pusat kekuatan manufaktur di Asia sebelum kebangkitan China daratan, ekonomi Hong Kong kini rentan terhadap potensi runtuhnya kepercayaan pelanggan yang dipicu oleh gejolak sosial.
Turunnya harga perumahan, sewa ritel dan kantor mengancam biaya kredit yang lebih tinggi pada hipotek dan pinjaman properti, sementara potensi arus keluar modal dan intervensi otoritas moneter akan merusak margin bunga bersih bank.
“Pinjaman luar negeri, pembiayaan perdagangan, dan pinjaman untuk sektor grosir dan eceran juga dapat terpengaruh,” papar JPMorgan.
Menurut analis JPMorgan, Hang Seng Bank, yang dikendalikan HSBC Holdings Plc., kemungkinan akan mengalami pukulan paling tinggi di antara bank-bank karena leverage yang lebih tinggi dan konsentrasi portofolio berdenominasi dolar Hong Kong.
Sementara itu, BOC Hong Kong Holdings Ltd. dapat berjalan lebih baik mengingat posisi modal yang cukup untuk mempertahankan yield dividen bahkan di bawah stress test.