Bisnis.com, JAKARTA - Media Argentina menyebut Alberto Fernandez akan segera memenangkan pemilihan presiden mengalahkan petahana Mauricio Macri dari kalangan konservatif.
Perolehan suara Macri diperkirakan tertingal jauh sehingga akan terjadi perubaan politik yang cukup signifikan di negara yang tengah dilanda kesulitan ekonomi tersebut.
Stasiun TV lokal melaporkan bahwa Fernandez telah mengalahkan Macri dan televisi lainnya menyatakan tidak perlu putaran kedua pemilihan. Partai Fernandez juga menang telak pada pemilihan utama pada Agustus lalu.
"Kami berhasil meningkatkan kinerja pada pemilu kali ini dibandingkan pemilihan pendahuluan di tingkat nasional dan provinsi," ujar Santiago Cafiero, juru bicara partai Frente de Todos pimpinan Fernandez seperti dikutip Reuters, Senin (28/10/2019).
Tempat pemungutan suara tutup pukul 06:00 tadi malam (21:00 GMT) setelah sehari pemungutan suara yang diperkirakan akan menggeser negara Amerika Selatan itu kembali ke arah aliran sosialis kiri Peronis.
Hasil resmi penghitungan suara pertama diharapkan keluar dalam beberapa jam.
Baca Juga
Para pemilihan kecewa dengan pengetatan “kontrak sosial" yag dilakukan Macri selain krisis ekonomi yang mendera negara itu. Fernandez juga unggul dalam jajak pendapat sebelum pemilihan.
"Saya memilih Fernandez karena saya melihat orang-orang sangat tidak senang di jalanan dan saya ingin negara dengan ekonomi yang lebih baik dan lebih banyak dukungan sosial," ujar Carlos Berenguer di luar tempat pemungutan suara di distrik Palermo di Buenos Aires.
Hasil pemilu Argentina akan mempunyai implikasi yang luas. Pasalnya, negara itu salah satu pengekspor biji-bijian utama dunia selain penghasil energi dari ladangan minyak Vaca Muerta. Argentina juga berada di puncak pembicaraan restrukturisasi dengan para kreditor karena berutang lebih dari US$100 miliar.
Fernandez, seorang yang tidak banyak dikenal dan berada di luar lingkaran politik Argentina, mencatat keunggulan 20 persen lebih tinggi berdasarkan hasil jajak pendapat setelah memukul Macri dalam pemilihan utama Agustus lalu.
Hasil itu mengguncang pasar karena investor takut akan pergeseran politik kerakyatan.