Bisnis.com, JAKARTA -- Ratusan pengunjuk rasa Irak bertahan di pusat kota Tahrir Square Baghdad hingga hari ini. Mereka menentang aksi kekerasan yang telah menewaskan sedikitnya 60 orang selama akhir pekan dan 190 sejak awal Oktober 2019.
Pasukan keamanan terus berusaha membubarkan mereka sejak Sabtu malam.
Para demonstran terus berkumpul di Ibu Kota meskipun jumlah korban tewas meningkat jadi 63 orang menurut penghitungan Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia semi-resmi Irak.
"Kami di sini untuk menjatuhkan pemerintahan, untuk menyingkirkan mereka semua!" ujar seorang pengunjuk rasa seperti dikutip Aljazeera.com, Minggu (27/10/2019).
Sementara itu Satuan Pasukan AntiTeroris Irak dikerahkan di Baghdad untuk melindungi bangunan-bangunan penting negara.
Dalam sebuah pernyataannya pasukan itu menyatakan langkah tersebut bertujuan untuk "melindungi gedung-gedung negara dari unsur-unsur aparat keamanan yang ikut melindungi pemrotes dan pengunjuk rasa".
Kemarin pasukan keamanan menembakkan gas air mata dan menembaki ribuan demonstran yang mencoba mencapai Zona Hijau Baghdad, tempat kantor-kantor pemerintah dan kedutaan besar berada.
Tiga pengunjuk rasa terbunuh dipukul dengan tabung gas air mata di Baghdad, sementara tiga lainnya ditembak mati di kota Nasiriya selatan setelah menyerang rumah seorang pejabat setempat.
Aksi protes merupakan kelanjutan dari demonstrasi akibat kesulitan ekonomi yang dimulai pada awal Oktober. Aksi itu menjadi brutal setelah pasukan keamanan mulai menindak dan menggunakan senjata tajam. Sejak itu setidaknya 190 orang telah terbunuh.
Kekacauan yang sedang berlangsung menghancurkan hampir dua tahun stabilitas keamanan di Irak. Dalam beberapa tahun terakhir negara itu diinvasi Amerika Serikat dan mengalami pertempuran yang berkepanjangan, termasuk terhadap kelompok Negara Islam Irak dan Surah (ISIS).