Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat (AS) akan meningkatkan kehadiran militernya di timur laut Suriah untuk mempertahankan kilang minyak yang berhasil mereka rebut kembali dari milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Salah satu perkembangan AS dan sekutunya dalam melawan ISIS adalah mereka berhasil merebut kilang minyak di timur Suriah, salah satu sumber pendapatan bagi ISIS," menurut pernyataan Kementerian Pertahanan AS.
Dalam pernyataan itu disebutkan AS berkomitmen memperkuat posisinya dan berkoordinasi mitranya dari SDF di timur laut Suriah. Kemitraan itu diperkuat dengan tambahan aset militer untuk mencegah kilang minyak itu jatuh lagi ke tangan ISIS atau pihak lain.
Presiden Donald Trump sendiri sebelumnya sudah menarik sebagian besar pasukannya dari Suriah. Keputusan ini diambil setelah Turki memutuskan untuk menggempur pasukan Kurdi di Suriah seperti dikutip CNN.com, Jumat (25/10/2019).
Pasukan Kurdi tersebut selama ini membantu AS melawan ISIS di Suriah. Mereka pun merasa ditelantarkan oleh AS. Namun kemudian, AS menginisiasi kesepakatan gencatan senjata antara Turki dan Kurdi.
Selama gencatan senjata itu, pasukan Kurdi harus mundur dari perbatasan Suriah dengan Turki. Jika pasukan Kurdi tidak keluar dari perbatasan tersebut dalam kurun waktu 200 jam maka Turki akan kembali menggempurnya.
Setelah milisi Kurdi keluar sesuai tenggat waktu, Turki memutuskan untuk menghentikan serangan.
Trump pun menyatakan bahwa AS bakal tetap menerjunkan pasukannya untuk melindungi kilang minyak dari ISIS.
"Kami sudah mengamankan kilang minyak. Untuk itu sebagian kecil tentara AS akan tetap di area kilang minya berada," ujar Trump.