Bisnis.com, JAKARTA - Para pemimpin 27 negara Uni Eropa masih mempertimbangkan apakah akan memberikan penundaan keluarnya Inggris dari kelompok negara tersebut (Brexit) atau tidak, namun hal terpenting adalah sampai kapan penundaan tersebut dilakukan.
Pertimbangan dari UE tersebut dikeluarkan setelah tim perunding Inggris dan UE tidak mencapai kesepakatan hingga kemarin dan akan kembali berunding besok pada hari Jumat. Inggris kini terperosok dalam kebuntuan pahit terkait Brexit.
Ada jalan buntu antara mereka yang ingin segera meninggalkan UE tanpa kesepakatan dan mereka yang ingin segera pergi dengan kesepakatan. Sedangkan sebagian mereka ingin tetap berada di blok perdagangan terbesar di dunia itu.
Perdana Menteri Boris Johnson kehilangan mayoritas di parlemen setelah memecat "aliansi pemberontak" dari 21 anggota parlemen yang menentangnya. Mereka memaksakan membuat undang-undang yang bertujuan memblokir Brexit "tanpa kesepakatan" pada 31 Oktober mendatang.
Johnson juga telah kehilangan dukungan dari Partai Serikat Buruh Demokratik Irlandia Utara (DUP), yang telah membantu menopang pemerintahan Konservatif minoritas sejak pemilihan umum Inggris 2017. Akan tetapi partai itu berselisih dengan perdana menteri soal Brexit yang mereka pandang sebagai pengkhianatan.
Secara khusus DUP percaya kesepakatan Brexit yang ditengahi oleh Johnson dengan Uni Eropa mengancam untuk merusak persatuan antara Inggris Raya dan Irlandia Utara.
Alasannya Brexit akan membuat perbatasan baru di Laut Irlandia yang secara efektif memisahkan pengaturan perdagangan antara Irlandia Utara dan Republik Irlandia dengan Uni Eropa.
Sementara itu, Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mendesak para pemimpin Uni Eropa untuk mendukung penundaan Brexit seperti dikutip Aljazeera.com, Kamis (24/10). Sedangkan para diplomat blok itu telah memberi pengarahan bahwa kemungkinan besar penundaan selama tiga bulan.