Bisnis.com, JAKARTA — PM Israel Benjamin Netanyahu dipastikan mengakhiri kekuasaannya setelah gagal membentuk pemerintahan baru karena tak mampu mengamankan koalisi mayoritas sehingga membuka peluang bagi pesaingnya Benny Gantz untuk menggantikan dirinya.
Netanyahu, perdana menteri terlama yang mengepalai partai sayap kanan Likud tersebut mengatakan tidak dapat membentuk pemerintahan setelah pemilu pada September lalu. Dia mengembalikan mandat kembali kepada presiden Israel, Reuven Rivlin.
Rivlin kemudian mengatakan akan menugaskan Gantz menyusun pemerintahan baru.
“Dalam beberapa minggu terakhir saya telah berupaya untuk bernegosiasi dengan Benny Gantz untuk membangun pemerintah nasional yang luas, setiap upaya untuk menghindari pemilihan lagi,” kata Netanyahu yang kini berusia 70 tahun seperti dikutip Reuters, Selasa (22/10/2019).
Gantz juga tidak memiliki jalan yang jelas menuju mayoritas di parlemen dan jika dia berhasil hampir pasti akan mengarah pada pemilihan umum berikutnya. Dia memiliki 28 hari untuk menarik sekutu potensial.
Partai Biru-Putih pimpinan Gantz menyatakan pihaknya “bertekad untuk membentuk pemerintah persatuan liberal.”
Netanyahu, yang telah berkuasa selama 13 tahun, telah melihat kekuatan politiknya berkurang ketika dia menghadapi dakwaan korupsi meski dibantahnya. Sementara Gantz, seorang mantan kepala militer, berjanji untuk tidak menjabat di dalam pemerintahan di bawah perdana menteri yang menghadapi tuntutan pidana.
Partai Likud berada di posisi kedua dalam pemungutan suara pada September lalu dengan raihan 32 kursi di parlemen beranggotakan 120 orang atau di bawah Partai Blue and White yang meraih 33 kursi.