Bisnis.com, JAKARTA - Sudah hampir dua bulan Razi Arya meminang Sara, pujaan hatinya. Perjuangannya meniti bahtera rumah tangga dengan gadis asal Langsa, Provinsi Aceh itu akhirnya berbuah manis.
Beberapa bulan sebelum mengikrarkan akad nikah di hadapan mertua dan pemuka agama, Razi sudah merencanakan pernikahannya cukup matang. Ini pengalaman baru baginya. Termasuk bagaimana mengetahui jumlah mahar yang akan diberikan kepada mempelai wanita.
"Mahar emas di bawah 20 mayam. Ditambah asoe kama sekitar Rp10 juta lebih," cerita Razi.
Mahar adalah maskawin yang menjadi syarat pernikahan dalam masyarakat Muslim. Bentuk mahar cukup beragam mulai dari seperangkat alat salat, benda tertentu maupun perhiasan seperti emas.
Adapun mayam merupakan satuan hitungan emas di masyarakat Aceh. Jika ditakar dalam gram, maka satu mayam memiliki seberat 3,33 gram. Bukan nilai yang sedikit untuk harga per mayam. Satu mayam emas dihargai mulai Rp2 juta hingga Rp2,3 juta di Aceh, tergantung harga pasaran.
Umumnya masyarakat Aceh menyebut mahar dengan sebutan jeulame.
Sedangkan asoe kama merupakan biaya untuk membeli pelbagai kebutuhan di dalam kamar kedua mempelai. Biasanya dana ini untuk membeli sejumlah perlengkapan seperti kasur, lemari pakaian hingga meja rias.
Emas lazim menjadi mahar di masyarakat Aceh. Mereka sudah lama menggunakan emas sebagai syarat kawin. Bukan hanya untuk kalangan atas, masyarakat kelas bawah juga menggunakan perhiasan itu untuk meminang kekasih hati.
Penentuan jumlah mahar dan biaya asoe kama tidak diputuskan sepihak. Seluruhnya merupakan hasil diskusi di keluarga melalui pihak ketiga. Atau bisa juga, jumlah mahar sudah disepakati bersama oleh kedua mempelai.
Total pengeluaran sebagai modal nikah itu tak dipermasalahkan oleh Razi. Karyawan BUMN di Kabupaten Nagan Raya, Aceh ini lebih mementingkan kesepakatan antarkeluarga termasuk istrinya. Apalagi persoalan mahar juga salah satu bentuk penghargaan yang diberikan untuk wanita beruntung itu.
Senada dengan Razi, Irfan malah terang-terangan setuju dengan tingginya nilai mahar. Tidak bisa dipungkiri jumlah maskawin menjadi ujian terakhir pria sebelum meminang gadis pujaannya.
"Menunjukkan keseriusan dalam membina rumah tangga, juga komitmen jangan sampai mudah bercerai," ujarnya.
Tidak ada ketentuan untuk menentukan berapa jumlah mahar untuk meminang gadis Aceh. Namun sebagian masyarakat percaya, jumlah mahar ditentukan dari berbagai sisi. Mulai dari paras, keturunan, pendidikan hingga status sosial.
Jumlah mahar berupa emas juga berbeda di tiap kabupaten/kota di provinsi itu. Bahkan beberapa wilayah sudah memiliki patokan tersendiri. Namun, rerata dalam sebuah pernikahan, jumlah mahar yang diberikan berkisar 10 - 25 mayam emas.
Ini belum termasuk kebutuhan lainnya termasuk untuk keperluan guna mengadakan pesta.
Budayawan Aceh Tarmizi A Hamid menjelaskan perkara mahar di Aceh sudah tergolong tinggi sejak masa kerajaan Aceh ratusan tahun lalu. Mahar berupa emas digunakan sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan pria terhadap muruah kaum wanita.
"Kenapa harus emas? emas itu dianjurkan pada masa kerajaan Aceh Darussalam, juga untuk menilai apakah seseorang serius untuk berkeluarga atau tidak," terangnya.
Sebagai mana perhiasan bagi wanita, emas memang menjadi mahar utama di dalam masyarakat Aceh. Akan tetapi ada juga pinangan dengan mahar dalam bentuk lainnya. seperti seperangkat alat salat, hafalan surat dalam al-Quran bahkan sekadar tegukan air putih. Hal demikian juga tidak dilarang.
Mahar sejatinya tidak boleh memberatkan termasuk bagi calon pengantin pria. Untuk itu, diperlukan adanya komunikasi antarkeluarga sebelum mahar ditentukan.
Dalam adat Aceh, masyarakat mengenal sebutan selangke. Selangke merupakan perwakilan keluarga untuk membahas perihal mahar dan keperluan lain jelang pernikahan.
Masing-masing keluarga menunjuk seorang yang dipercaya sebagai selangke. Orang terpilih ini akan menjadi negosiator maupun penghubung komunikasi antarkeluarga.
"Jika membicarakan mahar secara langsung, seakan tidak punya adab. Sehingga adat budaya di Aceh mengenal istilah selangke ini. Mereka menjadi jembatan penghubung," katanya.
Melalui selangke, diketahui apa mahar yang akan digunakan. Jika emas, maka berapa jumlah mayam yang diminta maupun disanggupi. Dari musyawarah ini, diketahui berapa mahar yang diinginkan keluarga mempelai wanita dan bagaimana kemampuan keluarga pria.
Cerita di masyarakat cukup beragam dalam musyawarah ini. Mulai dari mempelai pria menginginkan mahar tinggi namun keluarga wanita hanya meminta mahar sedikit, atau bahkan sebaliknya. Peran selangke adalah menyepakati silang pendapat itu.
"Supaya jangan memberatkan salah satu pihak, artinya tidak memberatkan atau merugikan satu sama lain sehingga mahligai terlaksana dengan berakidah dan bermartabat."
Tidak Mudah Cerai
Dalam pernikahan adat Aceh, bukan hanya kedua keluarga yang dilibatkan. Seluruh pihak termasuk perangkat gampong atau desa juga diikutkan. Dengan kata lain sebuah pernikahan bukan hanya urusan kedua keluarga, akan tetapi sudah membawa muruah antargampong atau desa.
Situasi ini diyakini memiliki dampak positif bagi pasangan pengantin nantinya. Pernikahan adat barang tentu melibatkan tokoh agama di desa, hingga Kepala Desa atau Keuchik. Pengantin akan melihat betapa seriusnya perhelatan sebuah pernikahan.
"Menikah dengan adat membuat mereka berfikir dua kali jika ingin mengajukan cerai. Karena prosesnya lama. Apalagi jika mereka ingat bagaimana lelahnya mempersiapkan pesta, waktu pernikahan dan lainnya. Itu susah melibatkan semua pihak. Makanya dalam suatu pesta perkawninan harus dilakukan dengan adat. Tujuannya agar pernikahan mereka kekal abadi," tuturnya.