Bisnis.com, JAKARTA – Dewan Keamanan PBB memperingatkan tentang risiko “penyebaran” para tahanan militan dan teroris di Suriah, namun tidak menyerukan penghentian serangan Turki terhadap pasukan Kurdi di sana.
“Anggota Dewan Keamanan menyatakan keprihatinan mendalam atas risiko penyebaran teroris dan keluar dari pengawasan PBB, termasuk ISIS,” menurut pernyataan lembaga dunia itu seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Kamis (17/10).
Ke-15 anggota Dewan Keamaman termasuk Rusia, sekutu Presiden Suriah Bashar al-Assad, hanya menyatakan “sangat prihatin (tentang) semakin memburuknya situasi kemanusiaan” di Suriah timur laut.
Akan tetapi mereka tidak mengutuk serangan Turki yang dipandang AS terjadi akibat pasukannya dari timur laut Suriah. Bahkan mereka juga tidak menyerukan penghentian operasi serangan yang dimulai pada 9 Oktober lalu.
Hanya saja anggota Dewan Keamanan sepakat tentang bahaya pengelompokan kembali ISIS seperti disampaikan seorang duta besar negara Barat yang tidak mau disebutan namanya.
Pernyataan singkat yang diusulkan oleh Prancis itu diadopsi setelah pertemuan singkat yang diadakan atas permintaan anggota dewan Eropa.
Dalam pernyataan bersama yang terpisah, anggota Dewan Keamaman dari Eropa seperti Belgia, Inggris, Prancis, Jerman dan Polandia menekankan perlunya mengamankan kamp-kamp di mana para pejuang militan ditahan.
“Penahanan para militan sangat penting untuk mencegah mereka bergabung dengan barisan kelompok teroris,” kata mereka.
Berbicara kepada wartawan, duta besar AS untuk PBB, Kelly Craft menegaskan kembali permintaan Washington untuk menghentikan serangan Ankara.
“Serangan militer Turki ke timur laut Suriah merusak serangan untuk mengalahkan ISIS selain membahayakan warga sipil tak berdosa dan mengancam perdamaian, keamanan, dan stabilitas di kawasan itu,” katanya.
Amerika Serikat juga menyerukan Turki untuk menghentikan serangannya dan segera mengumumkan gencatan senjata.