Bisnis.com, JAKARTA - Aparat Kepolisian diminta mewaspadai para lone wolf atau pemain tunggal yang berpotensi melancarkan aksi menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI pekan depan.
Pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta mewanti-wanti agar aparat Kepolisian mewaspadai para lone wolf yang bisa saja melancarkan aksinya.
Dia mengatakan dibandingkan kelompok ekstremis yang telah dilacak aparat, orang-orang di luar kelompok radikal justru bisa jadi lebih berbahaya dan dapat mengancam jalannya pelantikan Presiden dan Wapres RI.
"Yang harus diwaspadai bukan kelompok-kelompok [ekstrimis] walaupun dia juga [memilik] ideologi [radikal], tapi dia tidak terhubung dengan kelompok seperti itu. Dia bisa dikatakan sebagai lone wolf, dan ini susah dideteksi. Ini yang paling bahaya," kata Stanislaus Riyanta di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (15/10/2019).
Stanislaus Riyanta menyebutkan salah satu contoh lone wolf atau serigala tunggal yang merencanakan aksi ekstrem adalah oknum dosen Institute Pertanian Bogor yang ditangkap Polda Metro Jaya beberapa waktu lalu. Aparat mengamankan barang bukti berupa sejumlah bom ikan di kediaman oknum dosen tersebut.
Bom ikan tersebut sebelumnya akan digunakan saat aksi Mujahid 212 di Jakarta pada bulan lalu. Aparat lebih dulu mengamankan pelaku sebelum berhasil menjalankan aksinya.
Meski begitu, dia meyakini kecil kemungkinan lone wolf menyusup ke acara pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI.
"Akan sangat sulit jika dia akan masuk ke acara pelantikan, akan sulit sekali,' ujar Stanislaus Riyanta yang meyakini TNI - Polri bisa bekerja dengan baik mengamankan lokasi pelantikan.
Selain itu, sejauh ini Stanislaus Riyanta menilai keamanan Jakarta juga akan terjaga dengan baik.