Bisnis.com, JAKARTA - Saham Hong Kong terpantau mengalami penurunan setelah pemerintah kota tersebut mengumukan pemberlakuan aturan yang melarang penggunaan masker saat berunjuk rasa untuk meredam aksi protes yang berkepanjangan.
Indeks MSCI Hong Kong turun 1,4% pada pukul 15:30 waktu setempat, sesaat setelah Kepala Eksekutif Carrie Lam mengatakan bahwa berlakunya undang-undang baru itu tidak berarti kota itu dalam keadaan darurat.
Dilansir melalui Bloomberg, pengembang properti adalah yang paling merugi, di mana Sun Hung Kai Properties Ltd. memproyeksikan penurunan terbesar dalam dua bulan ke depan. Sementara indeks Hang Seng turun 0,9% di bawah 26.000 poin.
Pasar Hong Kong tutup pada Senin (30/9), bersamaan dengan libur nasional.
Spekulasi pelemahan saham telah beredar luas sebelum rapat pemerintah berlangsung, yang dihadiri oleh Lam dan 16 menterinya.
Kekhawatiran yang muncul adalah bahwa setiap keputusan untuk menerapkan aturan darurat dapat menjadi bumerang, berpotensi membuat marah para pemrotes dan memicu lebih banyak tindak kekerasan.
Baca Juga
Hal ini juga dapat membahayakan kedudukan Hong Kong sebagai pusat keuangan global.
Jackson Wong, seorang direktur di Amber Hill Capital Ltd., mengungkapkan bahwa pemberlakuan aturan yang mengekang para pengunjuk rasa justru akan merusak reputasi Hong Kong sebagai kota yang bebas dengan didukung dengan pasar yang relatif stabil.
"Kebijakan ini mungkin mendinginkan intensitas aksi protes tetapi juga bisa memicu kemarahan para demonstran garis keras," kata Wong, seperti dikutip melalui Bloomberg, Jumat (4/10/2019).
Saham Hong Kong baru saja melewati kuartal terburuk dalam empat tahun terakhir karena investor memproyeksikan peningkatan ketegangan domestik dan ekonomi yang memburuk.
Pendapatan perusahaan, yang berada di bawah tekanan dari perang dagang AS-China yang berkepanjangan serta pelemahan yuan, diperkirakan akan mengalami kontraksi terbesar tahun sejak krisis keuangan global terakhir.
Ekonomi Hong Kong mulai memperlihatkan dampak dari aksi protes yang terjadi selama hampir empat bulan terakhir, dengan data yang dirilis pekan ini menunjukkan penjualan ritel anjlok ke rekor tertinggi pada Agustus.
Menurut Isaac Poole dari Oreana Financial Services Ltd., sebuah resesi dapat menyebakan penurunan terhadap Hang Seng sebesar 25% pada akhir 2020.
Pada saat yang sama, pendapatan MTR Corp. turun sebesar 2,8%. Operator kereta bawah tanah Hong Kong tersebut mengimbau kepada para pengunjuk rasa agar tidak merusak fasilitas pada jaringan transportasi tersebut.
Menurut data MTR, sekitar 800 gerbang akses, 900 mesin tiket dan 700 kamera pengintai telah rusak selama aksi protes berlangsung.