Bisnis.com, JAKARTA -- Inflasi zona euro yang secara tidak terduga mengalami perlambatan yang seakan membenarkan paket stimulus yang diluncurkan Bank Sentral Eropa (ECB) beberapa waktu lalu.
Harga konsumen naik sebesar 0,9% secara tahunan pada September, kurang dari setengah target ECB yakni bawah 2% dan di bawah perkiraan para ekonom.
Pengukur inti, dengan mengecualikan elemen yang volatil seperti energi, bahan pangan dan tembakau, naik 1%, melampaui headline rate untuk pertama kalinya sejak akhir 2016.
Keputusan pembuat kebijakan untuk memangkas suku bunga lebih jauh di bawah nol dan memulai kembali pelonggaran kuantitatif, salah satu kebijakan yang paling kontroversial dalam sejarah ECB, didorong oleh kekhawatiran bahwa inflasi tidak akan bergerak mendekati target bank sentral.
Pelemahan ekonomi setidaknya memiliki memiliki cukup andil sebagai penyebab perlambatan inflasi.
"Sektor manufaktur kembali terperosok lebih dalam akibat ketegangan perdagangan, pelemahan permintaan global, dan ketidakpastian geopolitik," tulis laporan Eurostat seperti dikutip melalui Bloomberg, Selasa (1/10/2019).
Baca Juga
Menurut Eurostat, capaian inflasi yang lebih rendah pada September, dari kenaikan 1% pada Agustus, sebagian besar disebabkan oleh penurunan harga energi sebesar 1,8% secara tahunan.
Dalam laporan terpisah, IHS Markit mengungkapkan bahwa tingkat permintaan baru dilaporkan mengalami kontraksi paling tajam dalam 7 tahun terakhir, mengindikasikan potensi penurunan output lebih lanjut.
"Dengan pertumbuhan di bawah tren yang diperkirakan akan bertahan hingga tahun depan dan ekspektasi inflasi merosot, ECB khawatir bahwa pelambatan saat ini dapat mendorong inflasi ke arah yang salah," kata ekonom Bloomberg Maeva Cousin.
Kepala Ekonom ECB Philip Lane, yang mengusulkan paket pelonggaran pada kebijakan September 2019, berpendapat bahwa tekanan inflasi dari permintaan domestik yang kuat dan pasar tenaga kerja yang membaik sebagian diimbangi oleh melemahnya manufaktur dan pertumbuhan ekonomi.
Lane, serta Gubernur ECB yang akan segera beranjak dari posisinya, Mario Draghi, telah menekankan bahwa para pembuat kebijakan dapat mengalokasikan langkah lain jika diperlukan untuk meningkatkan inflasi, sementara mendesak pemerintah untuk mendukung usaha mereka dengan pengeluaran fiskal.
Harapan para pembuat kebijakan ttu kemungkinan akan tercapai di bawah kepemimpinan Christine Lagarde, yang akan mengambil alih jabatan Draghi pada November.