Bisnis.com, JAKARTA -- Perusahaan induk WeWork, We Company, mengajukan penundaan rencana penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) sepekan setelah startup office sharing tersebut memecat CEO Adam Neumann yang juga merupakan pendiri WeWork.
Keputusan yang disampaikan Senin (30/9/2019), ini menandai akhir dari pekan yang penuh gejolak di perusahaan tersebut, yang gagal menarik perhatian para investor yang khawatir tentang risiko kerugian dan model bisnis yang melibatkan kewajiban sewa jangka panjang untuk penggunaan ruang dalam waktu sebentar.
Dilansir melalui Reuters, para ahli menunjukkan bahwa langkah memecat Neumann dari posisi CEO serta mengatasi masalah tata kelola perusahaan tidaklah cukup, ditambah lagi model bisnis seperti WeWork dianggap tidak mungkin berkembang selama krisis ekonomi.
Penarikan prospektus IPO secara resmi mengakhiri pencarian perusahaan yang berbasis di New York ini dan memungkinkan penerus Neumann untuk melanjutkan pekerjaannya dengan memperbaiki kondisi keuangan perusahaan tanpa mengungkapkan informasi sebanyak-banyaknya kepada publik.
"Kami telah memutuskan untuk menunda IPO untuk fokus pada bisnis inti kami, yang fundamentalnya tetap kuat," kata co-CEO WeWork yang baru ditunjuk Artie Minson dan Sebastian Gunningham, seperti dikutip melalui Reuters, Selasa (1/10/2019).
Harga obligasi berimbal hasil tinggi perusahaan merosot ke rekor terendah setelah pengajuan pembatalan IPO disampaikan.
Menurut prospektus IPO yang diajukan sebelumnya pada September, We Company memiliki kas dan setara kas sekitar US$2,5 miliar pada 30 Juni. Namun, ketika pendapatan naik dua kali lipat menjadi hampir US$1,8 miliar pada 2018, kerugiannya juga lebih dari dua kali lipat yakni mencapai US$1,9 miliar.
Keputusan untuk membatalkan penjualan saham publik juga akan menekan WeWork untuk mencari pendanaan alternatif, mengingat kesepakatan pinjaman US$6 miliar dengan bank yang disepakati bulan lalu, hanya dapat dicarkan jika penjualan saham mencapai setidaknya US$3 miliar.
Analis telah memproyeksikan bahwa WeWork masih akan membakar beberapa miliar dolar selama beberapa tahun ke depan dan dengan demikian perlu terus mengumpulkan dana segar dengan hasil yang menguntungkan.
"Perusahaan saat ini tengah mempertimbangkan untuk memangkas tenaga kerja dan memperlambat ekspansi untuk membakar lebih sedikit uang agar tidak terus bergantung pada dana segar," ujar dua orang narasumber.
Kedua orang yang tidak disebutkan namanya itu menambahkan bahwa perusahaan sedang dalam diskusi untuk menggalang dana segar dari para investor, termasuk SoftBank Corp.
SoftBank, yang memiliki hampir sepertiga saham We Company, melakukan investasi terhadap WeWork senilai US$47 miliar pada Januari. Akan tetapi skeptisisme investor memaksanya untuk mempertimbangkan valuasi IPO yang sangat rendah, kemungkinan mencapai US$10 miliar, pada awal bulan ini.
Keputusan untuk mundur dari rencana IPO ini tidak mengejutkan. Langkah tersebut secara luas diperkirakan akan terjadi setelah perusahaan menunda penjualan saham pada awal September, menyusul dorongan dari para investor terhadap risiko yang melebar serta pengaruh Neumann terhadap perusahaan yang dinilai tidak wajar.
"Kami berniat untuk mengoperasikan WeWork sebagai perusahaan publik dan berharap untuk meninjau kembali pasar ekuitas publik pada masa depan," tambah Minson dan Gunningham.