Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Unik, Peserta Maraton di Cape Town Wajib Gendong Pohon

Minggu ini di Afrika Selatan, seorang akuntan, pengusaha, dan eksekutif tinju berada diantara 20 orang yang menjalankan maraton Cape Town, dengan pohon muda yang terikat di punggung mereka.
sumber: Reuters
sumber: Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Sedikitnya 20 orang yang diantaranya berprofesi sebagai akuntan, pengusaha dan eksekutif tinju menyelenggarakan event maraton unik di Cape Town Afrika Selatan, Minggu ini. 

Kelompok ini melakukan kegiatan maraton tidak biasa, yakni berlari dengan pohon muda yang terikat di punggung mereka. Tujuannya adalah untuk mempromosikan penanaman pohon di tengah dorongan untuk mengatasi kekeringan dan perubahan iklim.

Tahun lalu Cape Town diketahui mengalami kekeringan terburuk dalam seabad. Kawasan ini hampir kehabisan air dan memaksa pihak berwenang untuk menerapkan penjatahan air yang parah serta mendirikan titik air umum.

Aktivis Siyabulela Sokomani yang berlari membawa zaitun liar, mengatakan kelompok ini mengumpulkan uang untuk menanam 2.000 pohon di Khayelitsha, salah satu kota terbesar di Cape Town, tempat banyak dari mereka berasal.

Pengusaha berusia 34 tahun ini bersekolah di sana dan terinspirasi oleh seorang guru yang membentuk komunitas peduli lingkungan.

"Tidak ada pohon di kota tempat saya dibesarkan," katanya, seperti dilansir Reuters, Selasa (17/9/2019).

Pada kegiatan maraton kali ini, Sokomani melilitkan pohon koral, speckboom, dan akasia di bahunya.

Pohon speckboom dapat tumbuh hampir di mana saja dan menyerap karbon dioksida dari atmosfer lebih cepat daripada kebanyakan pohon lain dalam kondisi kering.

Tahun lalu, Sokomani kembali ke sekolahnya untuk menanam 67 pohon pada Hari Mandela, melambangkan 67 tahun yang dihabiskan Nelson Mandela dalam pelayanan publik.

Dia ikut mendirikan Township Farmers pada 2017 untuk mengajar anak-anak tentang pertanian dan menanam pohon di sekolah.

Menurut Global Forest Watch, sebuah organisasi pemantau yang mengelola thinktank World Resource Institute yang berbasis di Washington, sejak 2001 hingga 2018, Afrika Selatan kehilangan 1,34 juta hektar kawasan hijau, setara dengan penurunan 22 persen sejak 2000.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Editor : Akhirul Anwar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper