Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah negara bagian Selangor, Malaysia akan membuat hujan buatan atau penyemaian awan di sejumlah daerah terdampak kabut asap. Langkah tersebut akan diterapkan pada daerah dengan Indeks Pencemaran Udara (API) mencapai 200 atau kategori sangat tidak sehat.
Dilansir dari Channel News Asia, Jumat (13/9/2019), Hee Loy Sian, Ketua Komite Lingkungan Negara Bagian Selangor, mengatakan keputusan itu dibuat pada pertemuan Dewan Aksi Ekonomi Selangor (MTES) pada Kamis (12/9).
Dalam pernyataannya, Hee Loy Sian menuturkan bahwa komite manajemen bencana di tingkat kabupaten dan negara bagian akan dikerahkan ketika API mencatat pembacaan antara 151 dan 200 selama lebih dari 24 jam.
Pemerintah negara bagian juga akan mensuplai masker kepada masyarakat setempat.
Untuk memerangi kebakaran dan kabut asap, kata Hee, Selangor akan mengadopsi rencana nasional yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Lingkungan, dan Perubahan Iklim Malaysia. Namun, ia tak menjelaskan lebih rinci mengenai rencana nasional tersebut.
Pada Jumat (13/9) pukul 11 pagi, angka API di lima lokasi di Selangor berada pada 103-141 atau berada dalam kategori tidak sehat.
Departemen Pendidikan Selangor menyatakan bahwa pada Jumat ini total 29 sekolah di Klang dan Kuala Langat akan ditutup. Lebih dari 45.000 siswa akan terpengaruh oleh penutupan ini. Pemerintah negara bagian setempat menyarankan masyarakat untuk mengurangi kegiatan di luar ruangan tetap mengikuti informasi tentang kualitas udara.
Dalam perkembangan terakhir, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad berencana menulis surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menyampaikan kekhawatirannya tentang kabut asap lintas-perbatasan. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup Malaysia Yeo Bee Yin di tengah perselisihan kedua negara atas kebakaran hutan yang menyebabkan kabut asap.
Malaysia menilai kebakaran hutan banyak terjadi beberapa bagian Pulau Sumatra dan Kalimantan selama lebih dari sebulan ini. Indonesia mengaku telah menerjunkan ribuan personel untuk memadamkan api di lahan yang terbakar.
Seringnya kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Indonesia membuat negara tetangga lebih waspada dan mengkhawatirkan kesehatan masyarakatnya, serta dampaknya bagi sektor pariwisata dalam negerinya.
Sementara itu, pejabat Indonesia membantah laporan yang menyebut kebakaran hutan dan lahan di Sumatra serta Kalimantan sebagai penyebab utama kabut asap di negara tetangga.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya meminta Malaysia untuk melihat persoalan tersebut lebih objektif, karena bisa saja kabut asap justru berasal dari kebakaran hutan di Malaysia.
Yeo Bee Yin mengatakan bahwa pihaknya menggunakan data Pusat Meteorologi Khusus Asean untuk melacak titik api di seluruh wilayah Asean.
Hasilnya, hanya ada lima titik panas atau hot spot yang terdeteksi di Malaysia pada Kamis (12/9/2019), sedangkan di Indonesia terdapat lebih dari 1.500 titik panas di waktu yang sama.