Bisnis.com, JAKARTA -- Sejumlah data indikator pertumbuhan ekonomi mengisyaratkan bahwa produk domestik bruto Singapura kemungkinan akan tumbuh pada kuartal ketiga setelah sebelumnya menyusut pada kuartal kedua.
Dilansir melalui Bloomberg, pernyataan tersebut disampaikan oleh sejumlah ekonom termasuk Chua Hak Bin dari Maybank Kim Eng Research Pte. dan Barnabas Gan dari United Overseas Bank Ltd.
Itu artinya Singapura akan menghindari resesi teknis, yang sering didefinisikan setelah terjadinya dua penurunan kuartalan secara berturut-turut, dengan ruang gerak yang sangat terbatas.
Meski demikian masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan pemerintah Singapura.
Para ekonom telah memangkas perkiraan pertumbuhan 2019 mereka untuk ekonomi yang bergantung pada ekspor tersebut, di tengah eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Pemerintah Singapura memproyeksikan pertumbuhan pada kisaran 0%-1% untuk tahun ini.
"Saya tidak optimistis dengan prospek pertumbuhan Singapura bahkan jika mereka mampu menghindari resesi teknis. Pertumbuhan mungkin hanya akan mencapai 0,7% sepanjang tahun ini," ujar Ekonom Senior di DBS Group Holdings Ltd., Irvin Seah, seperti dikutip melalui Bloomberg, Selasa (10/9/2019).
Maybank mengutip tiga alasan utama yang memicu adanya perbaikan ringan pada prospek pertumbuhan, yang menurutnya akan membantu meningkatkan output industri jasa Singapura dan mengimbangi penurunan manufaktur.
Pertama, para pebisnis kemungkinan besar akan melakukan penimbunan barang (front-loading orders) sebelum AS memberlakukan tarif 15% terhadap produk China, seperti laptop dan telepon genggam, pada Desember.
Selain itu, ada tanda-tanda bahwa penurunan ekspor teknologi, yang telah menjadi hambatan pada manufaktur, mulai mereda.
Data Singapura pada Juli mencerminkan beberapa rebound, di mana produksi industri mencatat kinerja yang jauh lebih baik daripada yang diperkirakan para ekonom.
Kedua adalah pertumbuhan kredit yang akan mendorong sektor industri finansial. Kredit offshore tumbuh 7% secara tahunan pada Juli, sedangkan kredit domestik tumbuh 2%.
Pertumbuhan yang paling dominan dari kredit offshore antara lain terlihat pada sektor konstruksi dan manufaktur yang masing-masing tumbuh 18% dan 15%.
Ketiga adalah peralihan dari Hong Kong.
Aksi protes yang mengganggu kehidupan sehari-hari di Hong Kong telah menggeser wisatawan dan bisnis pariwisata ke Singapura.
Menurut data Singapore Tourism Board, jumlah kedatangan tumbuh 4% secara tahunan pada Juli, dalam laju kenaikan tercepat. Sementara itu, hunian hotel naik menjadi 94%.
Meskipun ada penurunan wisatawan China di kawasan ini, pengunjung yang datang ke Singapura dari China naik 7,8% pada Juli dari tahun lalu, sedangkan turis dari AS naik 17% dan dari Indonesia, 12%.
"Singapura dapat mengambil manfaat karena ada banyak acara bisnis dan konferensi yang dialihkan dari Hong Kong," kata Maybank, merujuk pada penyelenggaraan Golden Wellness Summit yang direncanakan untuk Oktober, yang dipindahkan dari Hong Kong ke Singapura, serta acara lainnya.