Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jack Ma Pensiun, Bagaimana Nasib Alibaba?

Jack Ma, pendiri Alibaba Group, sudah menyatakan bakal mundur dari perusahaan itu pada 2018.
Pendiri Alibaba Jack Ma menjadi pembicara di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018)./ANTARA-M Agung Rajasa
Pendiri Alibaba Jack Ma menjadi pembicara di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018)./ANTARA-M Agung Rajasa

Bisnis.com, JAKARTA -- Jack Ma akan mundur dari Alibaba Group pada Selasa (10/9/2019), meninggalkan perusahaan yang didirikannya 20 tahun lalu kepada penerusnya, Daniel Zhang.

Saat ini, Zhang menduduki posisi sebagai CEO Alibaba. Seperti dilansir dari Reuters, Senin (9/9), kapitalisasi pasar perusahaan yang berfokus utama di e-commerce itu kini menembus US$460 miliar.

Ma, yang akan berusia 55 tahun pada esok hari, menyebutkan beberapa karakteristik Zhang--yang berbeda dengan dirinya yang flamboyan dan karismatik.

"Dia memiliki kemampuan berpikir yang kritis dan logis seperti komputer super, berkomitmen terhadap visinya, mempunyai keberanian untuk sepenuh hati melaksanakan model bisnis serta industri yang inovatif dan memandang ke masa depan," paparnya pada 2018, ketika mengumumkan rencana pengangkatan Zhang.

Ma dijadwalkan menghadiri pesta perpisahan di Hangzhou Olympic Sports Center, yang berkapasitas 80.000 orang, dengan berbagai sajian musik dan penampilan para selebritas.

Rencana mundurnya Ma terbilang tak biasa karena bukan hal yang lazim bagi pendiri perusahaan teknologi besar untuk pensiun sedini ini. Di bawah kepemimpinannya, Alibaba telah menjelma menjadi perusahaan raksasa dengan 100.000 karyasan dan ekspansi ke bisnis layanan finansial, komputasi awan, dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).

Meski demikian, berbagai pernyataan Ma tak lepas dari kontroversi. Misalnya, ketika dia mendorong karyawan perusahaan teknologi untuk lembur hingga malam dan tetap bekerja pada akhir pekan.

Ma juga tak sepenuhnya sukses membawa Alibaba menaklukkan pasar di luar China. Contohnya, gagal menggolkan akuisisi senilai US$1,2 miliar atas provider remitansi MoneyGram.

Kasus lainnya adalah tudingan bahwa Taobao, marketplace milik Alibaba, merupakan surga bagi barang mewah palsu. Taobao bahkan masuk dalam daftar marketplace "yang patut diwaspadai" oleh Pemerintah AS karena dinilai menjual barang-barang yang melanggar hak kekayaan intelektual perusahaan-perusahaan AS.

Adapun Zhang akan mewarisi sejumlah tantangan yang tak ringan, di bawah pengawasan jutaan pasang mata dari seluruh dunia. Salah satu yang terbesar adalah menemukan potensi bisnis baru seiring makin mature-nya sektor e-commerce Negeri Panda.

Pertumbuhan ritel online di China hanya 17,8 persen pada paruh pertama 2019, sekitar separuh periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai 32,4 persen.

"Akan lebih sulit bagi Alibaba untuk menemukan inovasi atau tren baru sekarang dibandingkan sebelumnya," ucap Liu Yiming, analis di perusahaan penerbit teknologi China, 36kr.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper