Bisnis.com, JAKARTA -- Peningkatan ekspor Jerman pada Juli secara tidak terduga menandai awal yang kuat untuk kuartal ketiga di negara yang merupakan mesin ekonomi terbesar Eropa.
Pertumbuhan ini juga diharapkan dapat memberikan dukungan bagi Jerman untuk menghadapi beberapa dampak dari sengketa tarif dan ketidakpastian Brexit.
Kantor Statistik Federal Jerman melaporkan data ekspor yang disesuaikan secara musiman naik 0,7% pada Juli, sedangkan impor turun 1,5%.
Sementara itu, surplus perdagangan naik menjadi 20,2 miliar euro atau sekitar US$22,27 miliar, setelah turun pascarevisi menjadi 18 miliar euro pada bulan sebelumnya.
Sebelumya, sebuah jajak pendapat Reuters terhadap sejumlah ekonom menunjukkan proyeksi penurunan pada ekspor sebesar 0,5% dan penurunan impor 0,3%. Surplus perdagangan diperkirakan mencapai 17,5 miliar euro.
"Data perdagangan hari ini membawa harapan, namun masih belum cukup kuat. Tidak ada nilai lebih, tetapi untungnya tidak menimbulkan kerugian," ujar ekonom ING Carsten Brzeski, seperti dikutip melalui Reuters, Senin (9/9/2019).
Angka-angka ekspor Jerman yang lebih kuat dari perkiraan berhasil meredakan rentetan data indikator ekonomi lainnya yang lemah baru-baru ini sehingga memicu kekhawatiran ekonomi akan memasuki resesi pada kuartal ketiga.
Dengan latar belakang yang agak suram, Bank Sentral Eropa diperkirakan akan merilis stimulus baru pada pertemuan kebijakan moneter Kamis (12/9/2019).
Adapun, produk domestik bruto Jerman pada kuartal kedua terkontraksi sebesar 0,1% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya karena ekspor yang lebih lemah, dengan penurunan penjualan asing yang terutama didorong oleh lesunya permintaan dari Inggris dan China.
Ekonom pada umumnya akan mulai memproyeksikan risiko resesi jika kontraksi terjadi setidaknya dalam dua kuartal berturut-turut.
Data terbaru ini juga menunjukkan bahwa pada semester I/2019 ekspor Jerman naik 1,0%, dengan kontribusi terkuat datang dari pasar di luar Uni Eropa, yang mencatat pertumbuhan 2,9%.
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan pada kunjungan ke Beijing pada Jumat (6/9/2019), bahwa perang dagang China-AS berdampak pada kegiatan perdagangan di seluruh dunia dan dia berharap ketidaksepakatan antara dua negara tersebut dapat segera teratasi.