Bisnis.com, GUNUNG KIDUL — Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta sudah mengajukan permohonan pengurangan populasi monyet ekor panjang di Kabupaten Gunung Kidul kepada Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
"Rencananya, pengurangan populasi monyet ekor panjang sebanyak 1.200 ekor atau sekitar 60 persen sampai 70 persen dari yang ada di Gunung Kidul," kata Agus Sunarto, petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta di Gunung Kidul, Kamis (5/9/2019).
Dia mengatakan bahwa rencananya pengurangan populasi monyet ekor panjang akan dilakukan oleh pihak ketiga sebagaimana dilaksanakan pada 2010. Ketika itu, pihak ketiga mendatangkan warga Suku Badui untuk menangkap ratusan monyet ekor panjang di Gunung Kidul.
"Saat ini, kami hanya mengajukan, nantinya yang menangkap dari perusahaan yang memiliki izin ekspor. KLHK punya kuota 20.000 ekor per 4 tahun. Monyet akan diekspor ke Tiongkok dan Amerika," katanya.
Agus mengatakan bahwa populasi monyet ekor panjang di 11 dari 18 kecamatan yang ada di Gunung Kidul sudah menimbulkan keresahan masyarakat, khususnya di Kecamatan Girisubo dan Panggang.
Di wilayah Kecamatan Girisubo paling tidak ada lima koloni monyet ekor panjang dengan anggota setiap koloni sekitar 50 sampai 100 monyet ekor panjang.
Baca Juga
"Monyet ekor panjang masuk ke permukiman warga dan merusak tanaman pangan yang ada di ladang. Hal ini, kami duga disebabkan meningkatnya populasi monyet ekor panjang dan semakin sedikitnya makanan karena musim kemarau panjang," kata Agus.
Dia mengatakan bahwa kawanan monyet ekor panjang diberi ruang untuk berkembang biak, antara lain di kawasan suaka margasatwa di Kecamatan Paliyan, tempat monyet ekor panjang bisa hidup di lahan seluas 400 hektare.
BKSDA Yogyakarta juga sudah menanam ratusan pohon buah-buahan guna menyediakan makanan bagi satwa-satwa tersebut dalam upaya mengurangi konflik antara manusia dan monyet.