Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral Korea Selatan Tahan Suku Bunga di 1,5 Persen

Bank Sentral Korea pada Jumat (30/8/2019) mengisyaratkan akan mempertimbangkan tindakan lebih lanjut untuk mendukung perekonomian jika risiko terus meningkat setelah membiarkan suku bunga utamanya tidak berubah.
Bank sentral Korea./Reuters
Bank sentral Korea./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Sentral Korea Selatan pada Jumat (30/8/2019) mengisyaratkan akan mempertimbangkan tindakan lebih lanjut untuk mendukung perekonomian jika risiko terus meningkat setelah membiarkan suku bunga utamanya tidak berubah.

Regulator Korea Selatan tersebut mempertahankan tingkat suku bunga pada 1,5 persen pada pertemuan dewan gubernur hari ini.

Dua dari tujuh anggota dewan BOK tidak setuju dengan keputusan tersebut dan menyerukan agar bank sentral segera melakukan penurunan suku bunga.

Sebuah indikasi kekhawatiran yang meningkat di BOK bahwa lebih banyak yang harus dilakukan untuk menopang pertumbuhan.

Gubernur Bank Sentral Korea Lee Juyeol mengatakan bahwa pihaknya masih memiliki ruang gerak yang cukup untuk menanggapi situasi ekonomi jika perlu, menyusul keputusan untuk mempertahankan suku bunga pasca pemangkasan pada Juli untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga tahun.

"Kebijakan di masa depan akan tergantung pada risiko eksternal, dan bagaimana pengaruhnya terhadap ekonomi domestik dan pasar keuangan," ujar Lee, seperti dikutip melalui Bloomberg, Jumat (30/8).

Menjelang keputusan terakhir, para ekonom mengatakan bahwa penurunan suku bunga berturut-turut tidak mungkin dilakukan karena langkah itu akan memberikan sentimen bahwa para pembuat kebijakan berpikir ekonomi berada dalam keadaan kritis, kesan yang ingin dihindari oleh para pejabat di Korea Selatan.

"Jika The Fed bertindak pada bulan September, BOK mungkin akan melanjutkan dengan pemotongan pada bulan Oktober," kata An Young-jin, seorang ekonom di SK Securities.

"Para pembuat kebijakan ingin menghindari kecaman atas pemotongan back-to-back yang akhirnya menjadi sebuah kebijakan sia-sia," tambahnya.

Bulan lalu BOK bergabung dalam tren pelonggaran kebijakan moneter, mendorong suku bunga ke level terendah.

Meskipun dukungan kebijakan ditambahkan, prospek ekonomi Korea tetap menantang.

Perang perdagangan AS-China terus menekan permintaan global, sementara konflik dengan Jepang mengancam akan mengganggu produksi teknologi.

Ekspor Korea Selatan menuju ke penurunan untuk sembilan bulan berturut-turut sementara inflasi masih jauh di bawah target 2 persen bank sentral.

Di sisi lain, tingkat pengangguran tetap di atas 4 persen selama empat bulan berturut-turut di bulan Juli.

Dengan latar belakang ini semakin banyak ekonom yang menurunkan perkiraan proyeksi pertumbuhan mereka.

Konsensus hanya berada pada kisaran 2 persen untuk tahun ini, yang akan menjadi kinerja tahunan terburuk ekonomi Korea sejak krisis keuangan global.

Pemerintah merencanakan peningkatan pengeluaran fiskal sebesar 9,3 persen untuk tahun 2020, sebuah rekor anggaran untuk mendorong pertumbuhan, meskipun beberapa ekonom memandang langkah ini tidak mencukupi.

Pengeluaran pemerintah sempat membantu pemulihan ekonomi pada kuartal kedua dari kontraksi tajam tiga bulan sebelumnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Akhirul Anwar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper