Bisnis.com, JAKARTA – Saluran televisi kabel dunia ESPN dikabarkan memilih untuk tidak menyiarkan sebuah turnamen video game, pascapenembakan massal yang menghujam Texas dan Ohio, Amerika Serikat (AS), akhir pekan kemarin.
Menurut sumber terkait yang identitasnya dirahasiakan, ESPN menunda siaran turnamen Apex Legends yang direncanakan tayang 10 Agustus mendatang. Diproduksi Electronic Arts Inc., Apex Legends adalah gim battle royale berisikan batu tembak.
Keputusan itu diambil setelah dua insiden penembakan di wilayah-wilayah tersebut menarik kritik dari para politisi, termasuk Presiden AS Donald Trump, soal kaitan video game dengan tindak kekerasan yang berkontribusi pada epidemi penembakan di Negeri Paman Sam.
Menurut sumber yang sama, ESPN2 akan menayangkan rekaman segmen itu pada sesi malam bulan Oktober. Sejauh ini, perwakilan untuk ESPN dan Electronic Arts belum menanggapi perihal kabar ditundanya siaran itu.
Sementara itu, sejumlah eksekutif perusahaan vide game dan e-sports selama beberapa hari terakhir lantang bersuara membela keberadaan video games.
Banyak dari mereka menunjuk pada studi yang tidak menemukan korelasi antara video game dan tindak kekerasan. Sebagian lain mengatakan bahwa video game justru populer di negara-negara yang tidak memiliki krisis penembakan massal.
“Semua omongan yang menyalahkan games adalah lelucon,” ujar Andy Miller, pemilik franchise game NRG Esports, melalui akun Twitter miliknya.
I’ll jump in. I straddle both worlds. The whole blame game is a joke. Blaming video games is a “look over there” move instead of a “look at ourselves” reflection. Our leaders are an embarrassment on gun control. Time for the video game generation to stand up and do something. https://t.co/MG0v5by6XW
— Andy Miller (@amiller) August 4, 2019
“Menyalahkan video game merupakan reaksi menyalahkan pihak lain ketimbang refleksi pada diri kita sendiri. Para pemimpin kita lemah soal kontrol senjata. Saatnya bagi generasi video game untuk berdiri dan melakukan sesuatu,” tandasnya.
Saham produsen video game ternama, termasuk Electronic Arts, melorot awal pekan ini akibat komentar Trump soal video games. Meski demikian, sejumlah analis Bloomberg Intelligence meyakini industri ini tidak mengkhawatirkan secara konsekuensi jangka panjang.
Seperti diketahui, dua aksi penembakan massal mengguncang Texas dan Ohio, pada Sabtu (3/8/2019) dan Minggu (4/8/2019) waktu setempat.
Selain membawa puluhan korban tewas, dua insiden itu juga menyebabkan puluhan orang terluka dalam penembakan yang hanya berjarak waktu 13 jam dari kejadian pertama.
Video games telah beberapa kali dituding berkontribusi atas kasus penembakan massal di AS. Pada Maret tahun lalu, sejumlah perwakilan dari industri ini bertemu dengan Presiden Trump di Gedung Putih, pascapenembakan sekolah di Florida yang menewaskan 17 orang.