Bisnis.com, JAKARTA - Kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kepada para korban penembakan maut akhir pekan lalu di Texas dan Ohio disambut para pemrotes yang menuduhnya mengobarkan ketegangan dengan retorika anti-imigran dan rasial.
Di El Paso, wilayah perbatasan dengan Meksiko, Trump mengunjungi pusat medis sebuh universitas tempat para korban yang terluka dirawat setelah seorang pria yang memasang pernyataan anti-imigran menewaskan 22 orang di sebuah toko Walmart pada Sabtu (3/8/2019) waktu setempat.
Ratusan pengunjuk rasa, beberapa di antaranya memegang spanduk bertuliskan "Trump rasis," "Cinta atas kebencian" dan "Kirim dia kembali!," berkumpul di bawah terik matahari di taman terdekat untuk mengutuk Trump dan kehadirannya di El Paso.
Saat kunjungan sebelumnya ke Dayton, yang tidak terpantau publik, Trump bertemu dengan korban penembakan di Rumah Sakit Miami Valley tempat korban luka dirawat setelah sembilan orang dan tersangka terbunuh dalam suatu aksi pembantaian pada dini hari Minggu (4/8/2019).
Insiden itu merupakan yang kedua setelah penembakan massal yang berjarak hanya 13 jam.
Kerumunan pengunjuk rasa di luar rumah sakit dan di pusat kota Dayton meneriakkan "Lakukan sesuatu!" Mereka memegang spanduk bertuliskan, "Benci tidak diterima di sini," dan "Hentikan teror ini."
Juru bicara Gedung Putih, Stephanie Grisham mengatakan presiden dan ibu negara Melania Trump bertemu dengan beberapa korban di kamar rumah sakit. Presiden berterima kasih kepada staf medis atas pekerjaan mereka.
"Itu adalah kunjungan yang hangat dan indah," kata Trump di Twitter seperti dikutip Reuters, Kamis (8/8/2019).
Pembantaian beruntun itu telah membuka kembali debat nasional tentang keamanan senjata.
Ketika dia meninggalkan Gedung Putih, Trump mengatakan ingin memperkuat pemeriksaan latar belakang untuk pembelian senjata dan memastikan orang yang sakit mental tidak membawa senjata.