Bisnis.com, MAKKAH - Kompleks Pemakaman Ma'La masih lengang ketika saya tiba dengan menumpang taksi. Dari Hotel Abadullah Bajeber (405), di Kawasan Raudhah, sudah saya niatkan untuk menghadiri pemakaman KH Maimun Zubair atau Mbah Moen yang meninggal Selasa pagi (6/8/2019), saat beribadah haji, di Makkah.
Saya mendengar berita duka itu sesaat setelah salat subuh tadi pagi, di Masjidil Haram. Cuaca mendung dan gerimis sebelum fajar seperti turut mengiringi kepergiaan Mbah Moen yang mengikuti ibadah haji atas undangan Kerajaan Arab Saudi.
Beberapa pelayat yang sudah hadir terlihat mondar mandir di depan kompleks pemakaman Ma'La yang menyerupai padang pasir kecil pada pukul 11.30 waktu setempat.
Di Arab Saudi, makam biasanya minim ornamen, tidak ada nisan, selain hanya batu sebagai penanda.
Untung saya bersama Ahmad Muhibbuddin, sahabat saya mantan wartawan yang kini bekerja sebagai praktisi komunikasi dan bisa berbahasa Arab. Muhib membantu memastikan bahwa Mbah Maimoen akan dimakamkan ditempat itu.
Hery Trianto (kanan) dan Ahmad Muhibbuddin (kiri)/Bisnis-Hery Trianto
Matahari terus merambat. Makkah hari ini diliputi badai pasir sehingga langit berkabut warna cokelat. Matahari memang tak tampak, akan tetapi butiran debu terasa setiap menghirup nafas. Masker harus dipakai bila tak mau sakit.
Sedianya saya ingin ikut menyalatkan Gus Maimun usai salat zuhur di Masjidilharam bersama ratusan ribu jemaah lain. Namun, rencana itu urung dilakukan karena takut tidak keburu hadir di pemakaman Ma'La yang berjarak 1,2 kilometer dari Kakbah.
Salah zhuhur akhirnya kami tempuh di Masjid Jin, masjid legendaris yang unik dan bersejarah, tak jauh dari kompleks pemakaman.
Usai salat kami kembali ke Ma'La dengan berjalan kaki. Ratusan jemaah telah berkerumun, menunggu pintu makam dibuka. Sejumlah mobil mewah sudah merapat, menandakan acara tak lama lagi akan dimulai.
Pelayat memadati depan pemakaman Ma'la Makkah Arab Saudi/Bisnis-Hery Trianto
Ketika pintu makam dibuka, pelayat langsung menyerbu ke arah liang lahat yang sudah disiapkan dan terlihat dari trotoar. Mereka menyerukan kalimat tauhid 'Laillahlaillallah, Muhamadurrasullullah.' Sebagian pelayat terkecoh, karena mengira jenazah Mbah Moen sudah mulai dikuburkan.
Para pelayat seperti tak peduli dengan cuaca panas Makkah. Petugas pemakaman tampak heran dengan begitu banyak pelayat yang hadir.
Sebelum Mbah Moen dimakamkan, memang tampak beberapa orang mengusung keranda dan memakamkan mayat tanpa diikuti banyak orang.
Setelah beberapa saat, jenazah ulama kharismatik itu akhirnya datang juga, mengalihkan perhatian kerumunan ke arah tenda dekat gerbang masuk.
Saya bergegas mendekat memenuhi rasa ingin tahu sekaligus naluri jurnalistik.
Jenazah Mbah Moen tampak dibalut kain hitam, diusung sejumlah pria arab dan Indonesia.
Jenazah KH Maimun Zubair sebelum dikebumikan di pemakaman Ma'La Makkah Arab Saudi/Bisnis-Hery Trianto
Pemimpin pemakaman meminta iring-iringan berhenti dan diletakkan, kemudian mempersilakan jemaah mengikuti salat jenazah terakhir sebelum pemakaman.
Tampak hadir Menteri Agama Lukman Saifuddin yang hendak memimpin prosesi pemakaman. Di tengah kerumunan pelayat, muncul Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab, Ustaz Wijayanto, dan Ustaz Maulana.
Habib Rizieq menghadiri pemakaman KH Maimun Zubair di Makkah Arab Saudi/Bisnis-Hery Trianto
Jenazah Mbah Moen lalu kembali diangkat, dan dibawa ke liang lahat diiringi alunan kalimat tauhid dan air mata sejumlah pelayat. Udara panas kota Makkah tak menyurutkan para pelayat turut melepas Mbah Moen.
Agak sulit untuk menandai di mana Mbah Moen beristirahat. Namun, lagi lagi Muhib punya cara, dia sempat mencatat dimana posisi persisnya yakni baris 164. Makam Mbah Moen tak jauh dari pagar makam.
Tak begitu lama kemudian proses pemakaman usai. Satu persatu jemaah meninggalkan Ma'La, melepaskan segala kenangannya tentang KH Maimun Zubair, ulama kharismatis yang tetap setia membela Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kendati Ormas NU telah merestui berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Lokasi Pemakaman KH Maimun Zubair di Ma'La Makkah Arab Saudi/Bisnis-Hery Trianto
Selamat Jalan Mbah Moen. Surgalah sekiranya yang pantas untukmu. Engkau pergi di kota yang engkau sangat cintai, Makkah. Kiranya, Nabi Muhamad SAW memberikan syafaatnya kepadamu.