Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF Kembali Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Global

International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan global untuk tahun ini dan berikutnya di tengah risiko dari perang tarif antara Amerika Serikat dan China hingga kebuntuan Brexit yang dapat menghambat laju pertumbuhan, melemahkan investasi dan mengganggu alur rantai perdagangan.

Bisnis.com, JAKARTA -- International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan global untuk tahun ini dan berikutnya di tengah risiko dari perang tarif antara Amerika Serikat dan China hingga kebuntuan Brexit yang dapat menghambat laju pertumbuhan, melemahkan investasi dan mengganggu alur rantai perdagangan.

Lembaga tersebut mengatakan bahwa risiko terhadap ekonomi global telah meningkat, di mana proyeksi pertumbuhan untuk 2019 sebesar 3,2% dan proyeksi untuk 2020 sebesar 3,5%, masing-masing turun 0,1% dari prediksi April.

Ini merupakan revisi proyeksi pertumbuhan keempat yang dilakukan oleh IMF.

Mengutip ketegangan pada perdagangan dan sektor teknologi serta meningkatnya tekanan disinflasi yang menimbulkan risiko pada masa depan, data ekonomi serta pelemahan inflasi menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi lebih lemah dari yang diperkirakan.

Dilansir melalui Reuters, IMF memangkas perkiraan untuk pertumbuhan perdagangan global sebesar 0,9% menjadi 2,5% untuk 2019.

"Perdagangan akan pulih dan tumbuh pada kisaran 3,7% pada 2020, sekitar 0,2% lebih rendah dari perkiraan sebelumnya," ujar IMF, seperti dikutip melalui Reuters, Rabu (24/7/2019).

Data IMF menunjukkan bahwa pertumbuhan volume perdagangan turun menjadi sekitar 0,5% pada kuartal pertama tahun ini dan merupakan laju pertumbuhan paling lambat sejak 2012.

Perlambatan pertumbuhan terutama terjadi negara-negara Asia yang sedang berkembang.

Volume perdagangan global turun 2,3% antara Oktober 2018 hingga April 2019.

Menurut perkiraan Biro Analisis Kebijakan Ekonomi Belanda (CPB), ini merupakan penurunan paling tajam sejak 2009 selama 6 bulan berturut-turut, ketika dunia berada di tengah-tengah resesi.

Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath mengatakan bahwa ekonomi global sedang berada di persimpangan yang kompleks dan negara-negara harus menahan diri agar tidak menggunakan tarif sebagai alat untuk mengatasi ketidakseimbangan dagang atau sengketa internasional.

Dia mengingatkan bahwa estimasi IMF di mana untuk tarif yang diberlakukan pada 2018 dan tarif baru yang ditetapkan pada Mei 2019 dapat mengurangi total output ekonomi dunia sebesar 0,5% pada 2020.

Risiko signifikan lainnya termasuk perlambatan yang tidak terduga di China, rendahnya pemulihan di kawasan zona euro, kebuntuan Brexit hingga meningkatnya ketegangan geopolitik.

"Kami tidak memprediksikan resesi dalam baseline kami, tetapi...ada beberapa risiko penurunan yang signifikan. Pemulihan ekonomi global akan sangat bergantung dengan perbaikan di negara emerging ekonomi dan negara berkembang, yang hingga saat ini masih terhambat ketidakpastian," ujar Gopinath.

Laporan IMF juga menunjukkan bahwa pertumbuhan terlihat lebih baik dari yang diharapkan di ekonomi maju seperti Amerika Serikat, sedangkan faktor satu-satunya yang telah menghambat pertumbuhan di zona euro telah memudar, sesuai dengan yang diharapkan.

IMF menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi AS menjadi 2,6% pada 2019, sedangkan perkiraan untuk 2020 sebesar 1,9% atau tidak berubah.

Adapun perkiraan pertumbuhan untuk zona euro ikut terangkat menjadi 1,6% pada 2020, tetapi prospek pertumbuhan 2019 tidak berubah pada 1,3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper