Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian China kembali mengonfirmasi kawasan yang terdampak wabah flu babi Afrika setelah sembilan ekor babi di Luchuan, barat daya Provinsi Guangxi ditemukan tewas.
Sejak pertama kali dilaporkan pada Agustus 2018 lalu, total 143 laporan penyebaran wabah telah diumumkan pemerintah China. Sekitar 1,2 juta populasi babi di negara ini pun dimusnahkan karena terjangkit virus tersebut.
Mengutip Reuters, persebaran wabah flu babi Afrika diperkirakan lebih luas dibanding yang telah dilaporkan. Sumber dari industri peternakan setempat menyebutkan banyak virus ini setidaknya telah menjangkiti separuh babi yang diternak.
Baca Juga
Virus yang amat menular dan tak bisa disembuhkan ini tak berbahaya bagi manusia, namun sangat mematikan bagi babi. Negara-negara di Asia diperkirakan harus berjuang melawan wabah ini mengingat jutaan keluarga sangat bergantung pada peternakan babi.
Dampak persebaran virus flu babi Afrika secara signifikan berdampak bagi China yang memiliki separuh populasi babi di dunia. Inflasi di Negara Tirai Bambu bahkan dilaporkan mencapai level tertinggi pada Juni lalu lantaran harga babi yang melejit sampai 29,3% sebagai akibat dari suplai yang berkurang drastis.
Persebaran virus ini dilaporkan telah meluas sampai ke negara asia lainnya, termasuk ke negara Asia Tenggara yakni Laos, Vietnam, dan Kamboja. Kendati demikian, sebaran virus sampai saat ini tak terdeteksi di Indonesia. Berdasarkan data sementara Kementerian Pertanian, populasi babi pada 2018 diperkirakan berjumlah 8.542.488 juta ekor.