Bisnis.com, SRAGEN – Skema bisnis kemitraan yang dijalankan CV Mitra Sukses Bersama (MSB) dengan ribuan investor kini tengah jadi pembiacaraan. Sang pemilik, Sugiyono turut jadi sorotan.
Rupanya Sugiyono pernah menjadi pegawai negeri sipil (PNS) dan sempat menjadi sebagai sekretaris desa (sekdes). Sugiyono resmi mengundurkan diri sebagai PNS pada Januari 2019.
Sebelumnya ia pernah mengambdi sebagai Sekdes Taraman, Kecamatan Sidoharjo. Terakhir, dia ditugaskan di Kantor Kecamatan Sidoharjo.
“Yang bersangkutan sudah berhenti sebagai PNS atas permintaan sendiri. Itu tidak masuk kategori pensiun dini karena masa kerjanya belum memenuhi syarat. Masa kerjanya baru 12 tahun karena baru diangkat sebagai PNS pada 2007," kata Kepala Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Sragen, Sarwaka, kepada Solopos.com, Kamis (13/6).
Menurut Sarwaka, surat keputusan (SK) dari Bupati Sragen terkait pemberhentian Sugiyono sebagai PNS sudah turun per Januari 2019 lalu. “Karena sudah tidak lagi menjabat sebagai PNS, maka apa yang dilakukan dia saat ini tidak bisa disangkutpautkan dengan Pemkab Sragen,” jelasnya.
Sebelumnya, mantan koordinator mitra CV MSB Subandi menyatakan bahwa tutupnya kantor dan gudang perusahaan itu membuat puluhan ribu investor yang tersebar di Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur meradang. Jika dikalkulasi, total investasi yang dikelola CV MSB bisa menyentuh ratusan miliar rupiah.
Sebagian investor mendadak sakit setelah mengetahui kantor dan gudang CV MSB yang berpusat di Sragen itu tutup. Bahkan di Karanganyar ada investor yang memilih mengakhiri hidupnya karena frustasi setelah investasi yang ia tanam tidak membuahkan hasil.
“Sampai saat ini belum ada yang lapor polisi karena masih berharap uang mereka bisa kembali,” paparnya.
Menurut penuturan Subandi, CV MSB berdalih kepada calon investor bahwa hasil peternakan semut rangrang itu bakal dijadikan bahan pembuatan kosmetik di luar negeri. Namun, Subandi menyadari hal itu adalah pepesan kosong yang digunakan CV MSB untuk meyakinkan calon investor.
“Pada awalnya, gudang itu tertutup untuk semua mitra. Tapi, saya pernah masuk ke gudang. Di sana, semut rangrang yang dibeli dari mitra itu dimusnahkan dengan cara disemprot cairan kimia. Setelah itu, toples itu dicuci bersih lalu diisi lagi oleh bibit baru yang didatangkan dari Jogja. Jadi, tujuan beternak rangrang itu untuk apa ya tidak jelas. Bukan untuk bahan kosmetik, bukan pula untuk diambil krotonya,” kata Subandi.
Menanggapi pemberitaan itu, beredar broadcast via pesan suara Whats App (WA) berisi pernyataan pemilik CV Mitra Sejahtera Bersama (MSB), Sugiyono, yang ditujukan kepada semua mitra kerjanya, Kamis (13/6/2019). Kepada Solopos.com, sejumlah mitra sudah membenarkan bahwa itu adalah suara dari Sugiyono.
Dalam pesan suara itu, Sugiyono menganggap pemberitaan miring seputar investasi semut rangrang tersebut terjadi karena ada pihak yang tidak senang lantaran pernah dikecewakan CV MSB. Dia juga membantah bila semua semut rangrang hasil panen dimusnahkan dengan cairan kimia.
“Itu informasi yang salah. Yang benar hasil panen dari mitra itu masih ada beberapa ekor semur. Supaya stoplesnya tetap bisa digunakan, harus dicuci. Hasil panen yang bagus kita olah, diambil lagi jadi bibit. Hasil akhir nanti jadi capsul, tapi itu belum kami lakukan sehingga hasil panen yang bagus kami olah jadi bibit. Dan pembersihan stoples itu memang pakai cairan tertentu,” ujar Sugiyono.