Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

CEO YouTube Minta Maaf Pada Komunitas LGBTQ

CEO YouTube, Susan Wojcicki, menyampaikan permintaan maaf kepada komunitas LGBTQ atas respons perusahaan terhadap lelucon homofobik dan rasis dalam video-video komedian Steven Crowder.
Renat Sofie Andriani
Renat Sofie Andriani - Bisnis.com 11 Juni 2019  |  10:57 WIB
CEO YouTube Minta Maaf Pada Komunitas LGBTQ
CEO YouTube Susan Wojcicki - Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – CEO YouTube, Susan Wojcicki, menyampaikan permintaan maaf kepada komunitas LGBTQ (lesbian, gay, biseksual, transgender, dan queer) atas respons perusahaan terhadap lelucon yang terkesan homofobik dan rasis dalam video-video komedian Steven Crowder.

Raksasa penyedia konten video itu pekan lalu menangguhkan kemampuan channel Youtube milik Crowder untuk memperoleh pemasukan uang dari iklan.

Sebelumnya, YouTube menyatakan bahwa video-video yang ditampilkan Crowder tidak melanggar kebijakan perusahaan dan karenanya dapat disimpan di dalam situs itu. Pernyataan tersebut kontan memicu reaksi keras.

Wojcicki namun membela keputusan perusahaan sambil mengutarakan penyesalannya bahwa tindakan itu telah menimbulkan kekecewaan.

"Keputusan yang kami buat sangat menyakitkan bagi komunitas LGBTQ. Bukan maksud kami berbuat demikian,” tutur Wojcicki di sebuah konferensi di Arizona pada Senin (10/6/2019), seperti dikutip dari Bloomberg.

Kontroversi terkait Crowder, komedian kelahiran Amerika Serikat dan host acara TV Louder with Crowder, adalah yang terbaru dalam serangkaian tantangan untuk situs video terbesar di dunia.

Wojcicki, beserta para eksekutif dan manajer YouTube, kerap dikritik karena membiarkan konten yang banyak dipandang salah, ekstrem, dan beracun berkembang, di tengah upaya YouTube mengejar interaksi pengguna.

Wojcicki mengatakan menonton beberapa video milik Crowder dan terlibat dalam pengambilan keputusan. Namun ia tidak meninjau semua videonya.

Menurut Wojcicki, menghapus video atau melarang Crowder di YouTube akan menempatkan perusahaan dalam situasi yang sulit serta merembet pada pertanyaan mengenai konten ratusan video lain.

“Jutaan orang akan bertanya, 'bagaimana dengan yang ini?' terhadap ratusan video komedi, hip-hop, dan acara TV yang tayang di malam hari,” jelas Wojcicki beralasan.

“Sebuah video haruslah dinilai berbahaya agar dapat dicabut dari YouTube. Benar atau salah, niat kejahatan adalah batas yang tinggi bagi kami,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

amerika serikat LGBT
Editor : Nancy Junita

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top