Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebut internet di Indonesia belum ramah bagi penggunanya, terlihat dari tingginya angka bully yang dialami oleh para pengguna internet.
Berdasarkan survei nasional pengguna Internet 2018 yang dilakukan oleh APJII pada 9 Maret–14 April 2019, diketahui bahwa dari 5.900 sampel yang diwawancarai sebanyak 49 persen responden mengaku pernah dibully saat menggunakan internet.
Sementara itu sebanyak 47,2 persen mengaku belum pernah dibully dan sisanya sebanyak 3,8 persen responden memilih tidak menjawab.
Dalam penelitian tersebut diketahui juga, 37,2 persen responden yang pernah mengalami penganiyaan verbal atau bully di media sosial, memilih untuk diam saja. Penelitan tidak menjelaskan alasan responden memilih untuk diam.
Kemudian 7,9 persen responden memilih untuk membalas membully, 5,2 persen responden menghapus bullyan, 3,6 persen responden memilih melaporkan kepada pihak berwajib dan 51,7 persen sisanya tidak menjawab.
Jika ditelusuri lebih dalam, disinyalir penganiyaan verbal terjadi saat responden berselancar di media sosial dan saat berkomunikasi dengan menggunakan internet. Alasannya, mayoritas responden mengatakan menggunakan internet untuk berkomunikasi dan berselancar di media sosial. Masing –masing kegiatan memiliki nilai sebesar 24,7 persen dan 18,9 persen.
Baca Juga
Adapun konten internet atau media sosial yang paling sering digunakan oleh responden adalah Facebook dengan nilai 50,7 persen. Kemudian Instagram dengan 17,8 persen dan terakhir Youtube dengan 15,1 persen.
Diketahui penelitian survei nasional penetrasi internet 2018 mengambil sampel dari orang yang telah berinternet lebih dari tiga bulan sejak akhir 2018. Survei ini dilaksanakan mulai dari 9 Maret – 14 April 2019. Adapun teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling, dengan pengumpulan data melalui wawancara dengan bantuan kuesioner.