Bisnis.com, JAKARTA — Saham-saham di Amerika Serikat terjerembab dalam penurunan terdalamnya secara mingguan sejak Natal tahun lalu. Sementara obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun reli selama 4 hari berturut-turut setelah Presiden AS Donald Trump menambah tensi dalam hubungan perdagangan internasional. Pada saat bersamaan, harga minyak anjlok.
Mengutip Bloomberg, indeks S&P 500 tercatat turun 6,5 persen sepanjang Mei, setelah Presiden Trump mengancam bakal memberlakukan tarif impor terhadap produk asal meksiko.
Rata-rata indeks Dow Jones Industrial juga turun selama 6 pekan berturut-turut dalam pelemahan terparah sejak 2011.
Adapun saham-saham produsen mobil dalam indeks S&P 500 jatuh 3,8 persen, tertekan oleh saham General Motors yang melemah 4,3 persen dan Kansas City Sothern turun 4,5 persen. Pelemahan tersebut merupakan yang terdalam sejak Oktober 2018.
Sementara itu, peso Meksiko melemah 2,4 persen dan ten melonjak 1,1 persen.
Yield Treasury AS bertenor 10 tahun naik ke level tertingginya sejak 2014 karena trader telah memperkirakan bakal ada pemangkasan suku bunga AS pada tahun ini di tengah-tengah ancaman resesi.
“Ketika ada beberapa berita buruk, kita akan mengambil nafas dan mencoba mengerti seberapa buruk hal itu. Tapi kali ini tampaknya lumayan buruk,” kata Steve Chiavarone, Portofolio Manager di Federated Investor, seperti dikutip dari Bloomberg, Sabtu (1/6/2019).
Chiavarone menambahkan, saat ini level ketidakpastian sangat tinggi di mana sesuatu bisa saja terjadi dalam satu hari dan langsung berdampak ke pasar.
Terbaru, Trump kembali mengancam bakal memberikan tarif sebesar 5 persen untuk impor asal Meksiko pada 10 Juni 2019. Tarif itu akan naik bertahap hingga 25 persen pada Oktober kecuali Meksiko menghentikan aliran migrasi ilegal ke AS.
Ancaman tarif Trump untuk Meksiko dan rencana China untuk membatasi ekspor bahan baku alami ke AS pun menjadi akhir yang buruk bagi pasar saham global pada Mei.