Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Industri Primer Malaysia, Teresa Kok menuding Kebun Binatang Singapura (Singapore Zoo) telah memberi citra negatif pada industri minyak kelapa sawit lewat pemasangan sebuah poster di taman margasatwa itu.
Kok menyerukan pada negara-negara Asean untuk bersatu mendukung industri tersebut.
Dalam sebuah pidato di Singapore Dialogue on Sustainable World Resources pada Kamis (2/5/2019), Kok menyebutkan poster yang dipasang di dekat kandang orangutan Singapore Zoo telah menggiring opini negatif terhadap negara penghasil minyak kelapa sawit di kawasan tersebut meski negara-negara tersebut telah "melakukan upaya progresif untuk keberlanjutan dan konservasi satwa liar."
“Dalam hal ini, Singapore Zoo mungkin bertindak dengan tergesa-gesa dan mencerminkan emosi yang diungkapkan oleh beberapa pengunjung yang kurang informasi,” tambahnya sebagaimana dikutip Channel News Asia.
Poster yang dimaksud oleh Kok sendiri memperlihatkan visual dengan keterangan yang menyebutkan bahwa perkebunan kelapa sawit merupakan ancaman bagi kehidupan satwa liar, seperti Orangutan asal Pulau Kalimantan yang terancam punah karena habitatnya berkurang.
"Minyak kelapa sawit digunakan di banyak produk seperti roti, kue, pasta gigi, dll. Permintaan akan biofuel yang berasal dari minyak kelapa sawit juga melonjak sehingga satwa dari hutan hujan kehilangan habitat mereka lebih cepat dari sebelumnya," demikian bunyi keterangan dalam poster itu.
Protes yang diungkapkan oleh Kok pun mendapat respons dari Wildlife Reserve Singapore (WRS) selaku operator Singapore Zoo. Dalam pernyataan resmi, badan tersebut menganjurkan produksi minyak kelapa sawit yang berkelanjutan serta menilai aksi boikot pada kelapa sawit bukanlah hal yang efektif.
Sementara itu, Kok menegaskan bahwa Malaysia telah menjalankan industri kelapa sawit yang berkelanjutan. Malaysia, sambungnya, telah menggelontorka dana konservasi untuk satwa liar di Sabah dalam progran perlindungan spesies ikonik seperti orangutan, gajah kerdil Kalimantan, dan beruang madu.
Dia mengatakan para kurator di Singapore Zoo harus memperhatikan upaya-upaya semacam itu. "Kami berencana untuk melakukan lebih banyak hal di Sarawak dan di semenanjung Malaysia, ini adalah bagian dari upaya kami menuju sistem produksi yang berkelanjutan," tambahnya.
Kok juga menyerukan negara-negara Asosiasi Negara Asia Tenggara (Asean) untuk menunjukkan solidaritas dan "saling mendukung", terutama dalam menyajikan fakta tentang minyak kelapa sawit.
"Jika negara-negara Uni Eropa dapat bersatu berdasarkan asumsi produksi dan konsumsi minyak sawit yang tidak berkelanjutan, kita sebagai Asean harus berdiri tegak untuk melawan mereka yang tidak adil dan memiliki penilaian diskriminatif," katanya.
Malaysia adalah produsen minyak kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Indonesia. Kedua negara tetangga ini setidaknya menguasai 84% persen pasar minyak kelapa sawit.
Pada Maret lalu, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan Uni Eropa berisiko membuka perang dagang dengan Malaysia karena kebijakannya yang "sangat tidak adil" dengan tujuan mengurangi penggunaan minyak sawit.
Komentar itu muncul setelah Komisi Eropa menyimpulkan bahwa budi daya kelapa sawit menghasilkan deforestasi dan penggunaannya dalam bahan bakar transportasi harus dihapuskan pada 2030.
Mahathir menilai bahwa sikap UE yang semakin memusuhi minyak sawit adalah upaya untuk melindungi alternatif yang diproduksi sendiri oleh Eropa, seperti minyak lobak.