Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rencana Pemindahan Ibu Kota, Andi Arief Prediksi dari Palangkaraya hingga Laut Jawa

Rencana Joko Widodo memindahkan ibu kota Indonesia menarik perhatian banyak orang. Salah satunya Andi Arief, eks politisi Demokrat itu memperkirakan kota terbaik sebagai pengganti Jakarta nantinya.
Mantan Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief (tengah) bergegas saat akan menjalani proses rehabilitasi di Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN), Cawang, Jakarta, Rabu (6/3/2019)./ANTARA-Aprillio Akbar
Mantan Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief (tengah) bergegas saat akan menjalani proses rehabilitasi di Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN), Cawang, Jakarta, Rabu (6/3/2019)./ANTARA-Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA – Rencana Joko Widodo memindahkan Ibu kota Indonesia dari Jakarta telah menarik perhatian banyak orang. Salah satunya, eks politisi Partai Demokrat Andi Arief. Bahkan, dia membuat thread panjang memperkirakan kota mana yang paling baik untuk Ibu kota Indonesia.

Andi Arief menyoroti Palangkaraya yang bisa dipilih menggantikan Jakarta sebagai ibu kota. Alasannya, Soekarno pernah mendapatkan informasi kalau bahtera ruang angkasa mendarat pertama kali di sana.

Andi Arief pun membalas tweet dari akun @dadangrhs yang bercerita tentang rencana Soekarno memindahkan ibu kota ke Palangkaraya. Lalu, saat Susilo Bambang Yudhoyono menjabat rencana itu juga kembali mencuat.

Salah satu pertimbangannya adalah terkait mitigas bencana. Andi Arief menimpali @dadangrhs dengan menyebutkan kalau Palangkaraya adalah Ibu dari Negara Indonesia.

Dia menjelaskan, ahli gempa bumi belum menemukan bukti patahan aktif di Kalimantan meskipun kata belum bukan berarti tidak ada.

"Minimal sejak tahun 1400 tidak ada gempa besar. Tetapi [sesar] San Andreal Fault, satu patahan dahsyat di dunia, juga awalnya seperti Kalimantan, tak ada gempa," terang Andi Arief.

Andi Arief mengingatkan memori manusia itu pendek, pengetahuannya mengenai sejarah juga terbatas. Jadi, segala kemungkinan tentangan bencana tetap ada.

“Soalnya, tidak ada yang tahu sabda alam apa yang terjadi di Kalimantan ribuan sampai puluhan tahun lalu,” ujarnya.

Hal itu tercermin dari memori tentang Tsunami Aceh pada 1.400-an juga hilang.

 

Tempat Paling Aman di Dunia

 

Lantas politisi yang namanya sempat terseret dalam dugaan kasus narkoba itu melempar pertanyaan di mana tempat paling aman di Indonesia, bahkan di dunia?

Andi Arief pun menjawab kalau tempat yang paling aman di dunia adalah Laut Jawa. Dia menjelaskan, peta gempa sejak dulu kala mencatat laut di utara Pulau Jawa itu tidak pernah ada gempa.

“Ada indikasi pernah muncul peradaban di Pulau Jawa sebelum air laut naik seperti saat ini,” ujarnya.

Sontak sejumlah warganet merespon pernyataan Andi Arief yang cukup kontroversial dan bisa diperdebatkan ini.

Seperti akun @auliaoa29 yang melempar cuitan, "Bapak nggak lagi sambil high kan pas ngetweet ini? Pak?"

Hal yang senada juga disampaikan warganet lainnya. Akun @Muhamad_aly92 menulis, "Tempat nyabu yang paling nyaman bukan di hotel, tapi di kuburan," dan @AnwarKhoirull menyeletuk, "Sambil nyabu ga nih?"

Kemudian ada warganet yang menafsirkan pernyataan Andie Arief soal Laut Jawa yang disebut sebagai tempat paling aman di Indonesia sampai dunia. "Masak kita mau disuruh nyemplung ke laut, ada-ada saja nih, Pak Arief," celoteh @Rasyeed3.

Selain menyebut Palangkara dan Laut Jawa dalam cuitannya mengenai ibukota dan tempat paling aman, Andi Arief juga menambahkan satu kota yang bisa jadi alternatif ibukota namun letaknya tetap berada di Jawa.

"Saya pernah bertanya pada ahli gempa dan bencana, Kalau memindahkan ibu kota, tapi tetap di Jawa, sebaiknya di mana? Jawabannya di Purwakarta," tulis Andi Arief.

 

Rencana Pemindahan Ibu kota

 

Seperti dikabarkan sebelumnya, biaya pemindahan ibu kota dari Jakarta ke luar Jakarta bakal mencapai Rp323 triliun hingga Rp466 triliun atau sekitar US$22 miliar sampai US33 miliar.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang Brodjonegoro menyatakan tedapat 2 skenario untuk pemindahan ibukota. Skenario pertama dubutuhkan lahan seluas 40.000 hektare, sedangkan skenario kedua membutuhkan 30.000 hektare.

"Dimana porsi pemerintah, misalkan, skenario satu itu Rp250an lebih triliun dan swasta hampir sama yaitu sekitar Rp 215 triliun. Demikian juga untuk skenario dua pemerintah sedikit lebih besar dari pada swasta," kata Bambang dalam rapat terbatas membahas pemindahan ibukota di Kantor Presiden, Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (29/4/2019).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ahmad Rifai
Editor : Surya Rianto
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper