Bisnis.com, KAIRO - Kelompok teroris ISIS yang dinyatakan sudah tersingkir di Suriah menyatakan bertanggung jawab atas peledakan bom di Sri Lanka. Pernyataan tersebut disampaikan ISIS melalui Kantor Berita AMAQ, yang menjadi media propaganda kelompok ini, Selasa (23/4/2019).
Pengeboman terkoordinasi di Sri Lanka setidaknya menewaskan 321 orang dan melukai sekitar 500 orang lainnya.
Meski mengaku bertanggung jawab, ISIS tidak memberikan bukti apapun atas klaim mereka.
Serentetan serangan bom menghancurkan ketenangan di Sri Lanka, negara yang berpenduduk mayoritas penganut Buddha, sejak perang saudara yang melibatkan separatis berakhir 10 tahun lalu. Serangan Minggu juga meningkatkan ketakutan bahwa kekerasan antarmasyarakat akan kembali muncul.
Sri Lanka memiliki penduduk sejumlah 22 juta orang, termasuk warga minoritas Kristen, Muslim dan Hindu.
Sebelumnya, Pemerintah Sri Lanka menyatakan motif serangkaian serangan bom yang terjadi di tengah perayaan Paskah pada Minggu (21/4/2019) merupakan aksi balasan terhadap teror penembakan massal yang terjadi di dua masjid Christchurch, Selandia Baru pada pertengahan Maret lalu.
"Investigasi awal mengungkapkan bahwa serangan bom Paskah pada Minggu kemarin merupakan aksi balas dendam atas penembakan massal di masjid Selandia Baru," ungkap Menteri Muda Pertahanan Sri Lanka Ruwan Wijewardene kepada parlemen pada Selasa (23/4/2019) seperti dikutip Reuters.
Seorang penyelidik senior mengatakan pada hari Senin (22/4) bahwa tujuh pembom bunuh diri telah mengambil bagian dalam serangan itu.
Di antara tempat yang menjadi target ledakan pada Minggu (21/4) pagi waktu setempat itu adalah hotel-hotel mewah seperti Shangri-La, Kingsbury, dan Cinnamon Grand, yang dihuni banyak turis asing.
Lebih dari 40 tersangka pelaku peledakan telah ditahan oleh pihak kepolisan, menurut juru bicara kepolisian nasional Ruwan Gunasekera pada Selasa (23/2).
"Aksi serangan ini dilakukan oleh Jamaah Tauhid Nasional (NTJ) bersama dengan Jammiyathul Millathu Ibrahim (JMI)," sambung Wijewardene.