Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Korut Terima Sanksi, Kim Jong-un Siap Pukul Balik

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un melancarkan “pukulan telak” pada semua pihak yang menjatuhkan sanksi terhadap negaranya.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un melakukan pertemuan bilateral, di Hotel Metropole, Hanoi, Vietnam, Kamis (28/2/2019)./REUTERS-Leah Millis
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un melakukan pertemuan bilateral, di Hotel Metropole, Hanoi, Vietnam, Kamis (28/2/2019)./REUTERS-Leah Millis

Kabar24.com, JAKARTA – Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un melancarkan “pukulan telak” pada semua pihak yang menjatuhkan sanksi terhadap negaranya.

Pada Rabu (10/4/2019), Kim mengatakan kepada para pejabat Partai Buruh Korea bahwa Korut harus memukul pihak-pihak yang berpikir dapat membuat Korea Utara menyerah melalui sanksi.

“Kita harus memberikan pukulan telak terhadap kekuatan musuh yang keliru meyakini bahwa mereka dapat membuat kita menyerah dengan sanksi,” tegas Kim, seperti dilaporkan kantor berita Korut, Korean Central News Agency (KCNA).

Hal tersebut, terang Kim, dilakukan dengan terus memajukan konstruksi sosialis berekonomi mandiri yang sesuai dengan kondisi dan keadaan Korut, serta yang didasarkan pada kekuatan, teknologi, dan sumber daya negara.

Pernyataannya disampaikan sebelum anggota parlemen terpilih Korea Utara mengadakan pertemuan pertama mereka pada Kamis (11/4/2019). Pertemuan ini bakal dicermati demi mendapatkan petunjuk tentang perubahan kebijakan ekonomi atau struktur kekuasaan di Korut.

Sejumlah analis berspekulasi Kim mungkin secara resmi akan ditunjuk sebagai kepala negara selama sesi tersebut, posisi yang memungkinkannya untuk mewakili Korea Utara secara konstitusional dan dalam pengaturan diplomatik.

Kakek Kim Jong-un sekaligus pendiri Korut, Kim Il-sung, secara anumerta dinobatkan sebagai presiden abadi Korea Utara. Adapun kepala negara figuratif saat ini adalah kader partai berusia 91 tahun, Kim Yong Nam, yang memegang gelar Presiden Presidium Majelis Rakyat Tertinggi.

Menurut Go Myong-Hyun, seorang peneliti di Asan Institute for Policy Studies di Seoul, pernyataan Kim tidak serta-merta menyiratkan bahwa Korea Utara sedang mempersiapkan serangan militer.

"Kita harus melihatnya sebagai perumpamaan," kata Go, seperti dikutip Bloomberg.

Menariknya, pertemuan tersebut diadakan ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bersiap untuk menerima kedatangan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in di Gedung Putih pada Kamis.

Moon, yang telah berusaha menyatukan Kim Jong-un dan Trump, tengah berupaya menyelamatkan perundingan antara kedua pemimpin itu soal nuklir yang gagal menghasilkan solusi setelah Trump memutuskan walk out dari pertemuannya dengan Kim di Hanoi pada 28 Februari tahun ini.

Korea Utara telah mendesak pelonggaran sanksi, sedangkan AS mengatakan rezim Kim justru tidak bersedia menawarkan langkah-langkah pelucutan senjata yang cukup signifikan sebagai balasan dari keinginannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper