Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Boikot Metro TV, Pengamat Sebut BPN Prabowo-Sandi Takut Berkompetisi

Pakar komunikasi politik Lely Arrianie menyayangkan sikap Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang menolak Metro TV sebagai stasiun televisi penyelenggara debat keempat Pilpres 2019 pada Sabtu (30/3/2019).
Koordinator Juru Bicara Prabowo-Sandi Dahnil Anzar Simanjuntak. JIBI/Bisnis/Jaffry Prabu Prakoso
Koordinator Juru Bicara Prabowo-Sandi Dahnil Anzar Simanjuntak. JIBI/Bisnis/Jaffry Prabu Prakoso

Bisnis.com, JAKARTA - Pakar komunikasi politik Lely Arrianie menyayangkan sikap Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang menolak Metro TV sebagai stasiun televisi penyelenggara debat keempat Pilpres 2019 pada Sabtu (30/3/2019).

Dalam pandangannya, sikap itu tak lebih dari ketidakdewasaan BPN dalam menghadapi kontestasi politik.

"Jelas ini menunjukkan ketidakdewasaan politik dalam menyikapi framing media massa, antara yang bisa diangggap mendukung dan yang tidak mendukung. Padahal, dukungan rakyat tidak melihat apakah ada media yang mendukung atau tidak dalam framing berita," kata Lely dalam keterangan tertulis, Kamis (28/3/2019).

Tanpa bermaksud menggurui, pemegang gelar doktor dari Universitas Padjadjaran Bandung itu menyampaikan, secara sederhana framing adalah membingkai sebuah peristiwa. Dengan kata lain, framing digunakan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan atau media massa ketika menyeleksi isu dan menulis berita.

"Dan sekali lagi, dukungan rakyat tidak melihat apakah ada media yang mendukung atau tidak dalam framing berita," tegas Ketua Program Pascasarjana Komunikasi Universitas Jayabaya Jakarta tersebut.

Sebelumnya, Koordinator Juru Bicara BPN Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak, telah melayangkan surat keberatan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) karena menunjuk Metro TV sebagai televisi penyelenggara debat Pilpres 2019.

BPN khawatir akan ada potensi pelanggaran dari Metro TV saat menyelenggarakan debat.

"Keberatan kami didasari surat KPI yang menyatakan ada potensi pelanggaran keadilan dan proporsionalitas pemberitaan terkait dengan capres 01 dan 02," cuit Dahnil lewat akun twitternya @Dahnilanzar beberapa waktu lalu.

Dalam ilmu komunikasi politik, kata Lely, hal itu justru menunjukkan ketakutan BPN dalam menghadapi kompetisi pilpres.

"Pesan ketakutan itu sekaligus mengisyaratkan ketidakpercayaan diri sebagai kelompok politik yang tengah berkompetisi," ujar Lely.

Dia menyarankan agar BPN segera menghentikan upaya pemboikotan terhadap media massa tersebut mengingat pers merupakan bagian dari pilar demokrasi.

"Proses demokrasi tidak bisa dilepaskan dari peran pers. Tidak zamannya lagi mendiskreditkan media penyampai pesan politik di tengah hegemoni media saat ini," tegasnya.

Jika kreatif, sambungnya, masih banyak cara yang bisa dilakukan BPN untuk menyampaikan pesan politiknya kepada masyarakat jika tak ingin menggunakan jalur media massa.

"Masih banyak media selain media massa yang bisa dipakai BPN untuk menyampaikan pesan politiknya. Bisa lewat organisasi, komunikasi interpersonal, bisa juga lewat kelompok kepentingan," ujar Lely.

Lely juga berharap kepada semua pihak untuk menghentikan narasi-narasi negatif soal pemilu yang akan digelar kurang dari tiga pekan lagi itu. Bahayanya, jika narasi-narasi tanpa data dan fakta itu dipercaya masyarakat, demokrasi Indonesia justru akan kembali mundur ke belakang.

"Dan ketidakpercayaan terhadap penyelenggara dan penyelenggaraan pemilu yang akan digelar dengan cara menuduh seolah akan terjadi kecurangan, itu justru bagian dari upaya melemahkan proses demokrasi yang selama ini dilakukan. Padahal pemilu kita ini menjadi frame of referency (kerangka acuan) bagi negara lain dalam mengelola peristiwa politik yang sama," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nancy Junita
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper