Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Suriah mengecam pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump soal rencana untuk mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Damaskus bertekad merebut kawasan tersebut dengan segala upaya.
"Pernyataan Trump memperlihatkan bias buta Amerika Serikat terhadap Israel. Hal itu tak akan mengubah fakta bahwa Golan meupakan bagian dari Suriah dan akan tetap demikian," ungkap Kementerian Luar Negeri Suriah sebagaimana diwartakan kantor berita negara SANA dan dikutip Reuters pada Jumat (22/3/2019).
Nada kecaman juga datang dari dua sekutu Suriah, yakni Rusia dan Iran. Teheran melalui pernyataan resminya mengemukakan bahwa pengakuan kedaulatan Israel di Golan tak dapat diterima. Mereka menegaskan bahwa Golan tetap milik Suriah.
Sementara itu, Rusia, lewat pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova menyatakan perubahan status terhadap Golan merupakan pelanggaran terhadap resolusi PBB.
Rencana Trump untuk mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan merupakan perubahan kebijakan yang drastis dalam menyikapi status kawasan tersebut.
Status Golan masih dalam persengketaan sejak direbut Israel pada perang Timur Tengah 1967 dan dianeksasi pada 1981, negara dari berbagai belahan dunia sampai sekarang tak mengakui kedaulatan Israel atas wilayah tersebut.
"Bangsa Suriah bertekad untuk merebut kembali bagian penting dari tanah kami dengan segala cara yang memungkinkan," sambung pernyataan tersebut.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah kerap kali mendesak AS untuk mengakui klaimnya di Golan. Dia mengangkat isu ini ketika bertemu Trump pertama kali pada Februari 2017.
Pernyataan terbaru Trump menjadi angin segar bagi Netanyahu yang sedang menjalani kampanye untuk periode kedua dalam pemilihan umum.
Dataran Tinggi Golan merupakan suatu kawasan seluas 1.200 km2 di barat Suriah. Selain berbatasan dengan Israel, kawasan ini berbatasan dengan Lebanon di utara dan Yordania di selatan.
Suriah pernah mencoba merebut kembali kawasan ini dari Israel pada 1973, tetapi gagal. Israel dan Suriah kemudian menandatangani pakta gencatan senjata pada 1974 dan kawasan ini cenderung tanpa gejolak sejak saat itu.