Bisnis.com, JAKARTA – Kontestasi Pemilu 2019 diharap tidak dianggap seperti perang. Harapan itu disampaikan calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin.
Saat menghadiri undangan silaturahmi dari Pondok Pesantren Hidayatullah di Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (21/3/2019), Ma'ruf berpesan agar penghuni pesantren tersebut mengedepankan ajaran Islam yang toleran selama proses Pemilu 2019. Menurutnya, pandangan Islam moderat bisa menyatukan semua pihak yang ikut pemilu.
“Jangan Islam yang intoleran, tidak toleran, ya memecah belah. Oleh karena itu, jangan menganggap pilpres itu perang. Itu kan mencari pemimpin yang terbaik untuk bangsa ini," kata Ma'ruf seperti tertulis di keterangan yang diterima Bisnis.
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia ini menganggap bahaya akan muncul jika ayat Alquran yang membahas soal perang digunakan tidak pada tempatnya. Alasannya, seruan itu bisa menimbulkan konflik antarkelompok.
Ma'ruf juga meminta dukungan dari penghuni Pesantren Hidayatullah agar mendukungnya di Pemilu 2019. Dia menyebut segera bekerja secara struktural untuk negara.
"Kalau selama ini saya lakukan secara kultural, saya akan memulai secara struktural. Oleh karena itu, selama ini kami mendapat dukungan karena bekerja secara kultural, sekarang terkait dengan dukungan karena saya akan memasuki sistem kerja secara struktural pemerintahan," tuturnya.
Kutipan ayat Alquran mengenai perang sempat dibacakan inisiator gerakan #2019GantiPresiden Neno Warisman pada malam Munajat 212, 21 Februari lalu. Neno sempat membacakan puisi dan doa meminta kemenangan untuk salah satu kandidat di pilpres 2019 pada acara itu.
Kontroversi muncul lantaran Neno dianggap mengancam Tuhan dalam doanya. Dalam potongan doa itu Neno menyebut "Jangan, jangan Engkau tinggalkan kami dan tak menangkan kami. Karena jika Engkau tidak menangkan, kami khawatir ya Allah, kami khawatir ya Allah, tak ada lagi yang menyembah-Mu."