Membuka Peluang Kerja Sama
Bagaimana peluang kerja sama di bidang investasi? Sektor apa saja yang dinilai menarik?
Jerman tertarik untuk investasi di bidang otomotif, logam, mesin dan perlengkapan. Selain itu, mereka juga tertarik investasi di bidang perhotelan dan pariwisata. Strategi investasi dilakukan dengan temu investor, dan lobi untuk menjadi tuan rumah APK [Asia Pacific Konferenze] 2018.
Kegiatan itu merupakan suatu acara investor Jerman terbesar di dunia yang dihadiri 1.000 peserta dari Jerman, dan juga menjadi mitra Jerman dalam Hannover Messe 2020 yaitu suatu pameran dagang, investasi dan teknologi terbesar di dunia.
Di bidang sosial, dan budaya, apa saja kerja sama yang ingin Anda tingkatkan?
Indonesia memiliki ikon budaya yang sangat terkenal di Jerman, yaitu Raden Saleh. Hubungan Indonesia-Jerman sebenarnya berlangsung lebih lama dari hubungan Indonesia-Belanda.
Martin Behaim dari kota Nurnberg telah memasukkan pulau-pulau Indonesia yaitu Jawa dan sekitarnya di peta dunia yang dipublikasikan pada 1492 atau lebih dari seratus tahun sebelum VOC mendarat di Banten.
Selain itu, terdapat keunikan tersendiri dalam hubungan budaya Indonesia dengan Jerman yaitu kehadiran Raden Saleh di Jerman selama beberapa dekade. Ikon Raden Saleh ini terus digunakan sebagai salah satu upaya mempererat hubungan budaya ke dua negara. Kami berencana meluncurkan perangko seri Raden Saleh di Jerman pada tahun ini.
Bagaimana dengan kerja sama di bidang pendidikan?
Jumlah pelajar Indonesia di Jerman yaitu 7.000 siswa akan ditingkatkan terus dan ditargetkan mencapai 10.000 siswa dalam 5 tahun mendatang. Studi di bidang teknologi di Jerman memiliki keunggulan tersendiri karena kuatnya industri teknologi Jerman serta banyaknya universitas di Jerman yang memperoleh penghargaan Nobel.
Sistem pemeringkatan 200 universitas terbaik dunia yang ada saat ini terlalu didominasi oleh metodologi dari Anglo-Saxon sehingga universitas yang tidak pernah mendapatkan hadiah Nobel tetapi menggunakan Bahasa Inggris memperoleh peringkat yang tinggi, bahkan dalam 15 besar dunia.
Sementara itu, perguruan tinggi Jerman yang sudah sering menerima Nobel bahkan tidak masuk dalam peringkat 50 besar dunia dalam pemeringkatan versi Anglo-Saxon seperti Time Higher Education.