Bisnis.com, JAKARTA - Jajak pendapat Reuters terhadap sejumlah ekonom menunjukkan bahwa The Fed diperkirakan akan bersabar untuk waktu yang lebih lama sebelum menaikkan suku bunga satu kali pada kuartal ketiga dan kembali dovish.
Perkiraan yang sama juga berlaku untuk Bank Sentral Eropa yang dihadapi oleh sejumlah risiko pelemahan ekonomi.
Menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 19-20 Maret, beberapa ekonom memilih untuk menunjukkan sikap dovish terhadap kebijakan moneter The Fed dengan melihat perkiraan pertumbuhan ekonomi yang diprediksi melambat selama tiga tahun ke depan.
Harm Bandholz, kepala ekonom AS di Unicredit mengatakan bahwa The Fed tidak terburu-buru untuk menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
"Oleh karena itu, kami telah menghapus kemungkinan kenaikan suku bunga pada Juni. Kami berharap bahwa peluang [kenaikan] akan terjadi pada paruh kedua tahun ini," kata Bandholz, seperti dikutip melalui Reuters, Senin (18/3/2019).
Para ekonom yang disurvei dengan suara bulat memperkirakan bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada pertemuan 19-20 Maret, 55% di antaranya kenaikan akan terjadi setidaknya sekali pada akhir September, dengan median 25 poin lebih tinggi menjadikan Fed Fund Rate pada kisaran 2,50% - 2,75 %.
Baca Juga
"Kami tidak lagi mengharapkan kenaikan suku bunga tahun ini ... (dan) kami ragu bahwa data ekonomi akan cukup kuat untuk memulai kembali siklus kenaikan," kata Philip Marey, ahli strategi senior AS di Rabobank.
Lebih dari seperempat responden yang memberikan proyeksi hingga akhir 2020 memperkirakan Fed akan memangkas suku bunga setidaknya sekali tahun depan.
Produk domestik bruto (PDB) AS diperkirakan akan tumbuh 1,6% secara tahunan pada kuartal pertama tahun ini, atau turun dari 2,6% pada kuarta akhir 2018.
Menurut hasil konsensus dari para ekonom, pertumbuhan PDB kemudian diperkirakan dalam kisaran 2,0% - 2,5% sepanjang 2019, melambat menjadi 1,8% pada pertengahan 2020.
Tetapi probabilitas rata-rata resesi AS dalam 12 bulan ke depan tetap stabil dibandingkan dengan Februari sebesar 25% dengan kemungkinan resesi dalam dua tahun ke depan stabil di 40%.
Menurut Ethan Harris, kepala ekonomi global di Bank of America Merrill Lynch, The Fed biasanya merupakan salah satu faktor utama dalam resesi, karenanya pasar tetap harus berhati-hati.
“[Faktor resesi] Itu harus sesuatu yang besar, seperti eskalasi besar dalam perang perdagangan yang menyebabkan pembekuan investasi bisnis, aksi jual besar-besaran di pasar ekuitas. Itu mungkin cukup untuk membuat resesi," kata Harris.