Bisnis.com, JAKARTA – Aktivitas Gunung Api Anak Krakatau di Selat Sunda yang termasuk wilayah Lampung Selatan, Provinsi Lampung, masih dalam status siaga dan terus dipantau oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Demikian hasil pemantauan melalui Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Kalianda yang berlokasi di Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan, dan PGA Pasauran di Cinangka, Serang, Provinsi Banten.
PVMBG dalam keterangan tertulis pada Selasa (12/3/2019) melaporkan bahwa berdasarkan rekaman seismograf hingga 11 Maret 2019, Gunung Anak Krakatau mengalami tujuh kali gempa tremor nonharmonik, tiga kali gempa vulkanik dalam, dan satu kali gempa embusan dan tremor menerus dengan amplitudo 1 - 5 mm.
Tingkat aktivitas Level III (Siaga) berlaku sejak 27 Desember 2018, untuk membatasi aktifitas keseharian masyarakat ataupun wisatawan dalam radius 5 km dari kawah Gunung Anak Krakatau. Selama 2 hari ini, secara visual gunung api tertutup kabut, angin lemah ke arah timur, sementara asap kawah tidak teramati.
Masyarakat di wilayah pantai Lampung dan banten diharap tetap tenang serta jangan memercayai isu-isu tentang erupsi Gunung Anak Krakatau yang akan menyebabkan tsunami, serta dapat melakukan kegiatan seperti biasa dengan senantiasa mengikuti arahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
Gunung Anak Krakatau (156,9 m dpl), terletak di Selat Sunda adalah gunungapi strato tipe A dan merupakan gunungapi muda yang muncul dalam kaldera, pasca erupsi paroksimal tahun 1883 dari Kompleks Vulkanik Krakatau. Aktivitas erupsi pasca pembentukan dimulai sejak tahun 1927, pada saat tubuh gunung api masih di bawah permukaan laut.
Tubuh Anak Krakatau muncul ke permukaan laut sejak 1929. Sejak saat itu hingga kini Gunung Anak Krakatau berada dalam fasa konstruksi (membangun tubuhnya hingga besar).
Pada 2016 letusan terjadi tanggal 20 Juni 2016, sedangkan pada 2017 letusan terjadi tanggal 19 Februari 2017 berupa letusan strombolian. Tahun 2018, kembali meletus sejak tanggal 29 Juni 2018 sampai saat ini berupa letusan strombolian.